Tampilkan postingan dengan label Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tampilkan semua postingan

Rekonseptualisasi Gerakan Ikatan


Indonesia berdiri sebagai negara yang mengembangkan landasan nasionalisme multi etnis, berusaha membangun kesejahteraan rakyatnya melalui bentuk keadilan sosial. Istiah indonesia diperkenalkan oleh George windsor earl awal tahun 1850an yang merujuk pada kata india dan nesos(Greek;pulau). Sehingga istilah indonesia berdasarkan terminologi adalah kepulauan india. Futher india” istilah yang digunakan Inggris dan Nederlands Indies oleh belanda, untuk menunjukkan kawasan ini[1]. Latar belakang kemiripan budaya dengan india menyebabkan negeri ini digandengkan dengan india. Propaganda agama yang dilakukan abad ke-7 melahirkan asimilasi budaya antara india dan indonesia, sehingga membentuk tradisi yang akan melahirkan nilai kebangsaan dan keadilan[2]. Semangat nasionalisme bukanlah suatu hal yang hanya lahir dari ajaran agama, tetapi juga dipegaruhi situasional politik dan kepentingan. Semangat membangun negara satu dengan istilah nusantara yang awalnya digagas oleh kerajaan singosari melalui raja kertanegara serta majapahit melalui mahapatih gajah mada, awalnya ditujukan dalam rangka menghadapi ekspansi kekuasaan cina dan portugis. Perasaan ketidakmauan dijajahlah yang melahirkan nasionalisme, patriotisme serta solidaritas.
Kemerdekaan adalah jembatan emas bagi bangsa kita untuk kehidupan layak. Ada berbagai kendala dewasa ini bagi bangsa yang memiliki jumlah penduduk  200 juta-an (survey mei 2010 menunjukkan diperkirakan jumlah penduduk berkisar 237,6 juta jiwa) untuk menuju kesejahteraan. Berkembangnya penyakit kronik menahun, makin sulitnya mendapatkan pekerjaan, biaya pendidikan yang semakin mahal, kebutuhan hidup yang meningkat, pergolakan kekuasaan dan hegemoni borjuis yang marak serta berbagai degradasi moral yang menimpa rakyat, menjadi sekelumit masalah yang menjadi pakaian negeri ini. Padahal soekarno dalam pidatonya menjelaskan bagaimana pengaruh ketidakpuasan rakyat akan melahirkan gerakan rakyat[3]. Sedangkan dinamika gerakan rakyat dalam ketahanan nasional antara penguatan kerjasama bahu-membahu membangun kesejahteraan atau disintegrasi sebagai wujud ketidakpuasan.
Perkembangan masyarakat yang dibarengi dengan teknologi informasi menciptakan ruang gerak yang luas bagi tumbuhnya peradaban manusia. Peradaban manusia mengalami tiga gelombang perubahan dahsyat yang membawa pengaruh tidak hanya area geografis, ekonomi, kegiatan behavioral, nilai-norma-kebudayaan, ideologi-mindset-world view tetapi juga hubungan sosial-lingkungan dan keTuhanan. Pembagian gelombang agriculture, industrial dan technological membawa pola determinasi nilai kehidupan yang awalnya kerjasama yang didasarkan pada aspek kepercayaan menjadi kontrak dan mutualisme. Persaingan tidak hanya berkisar antar individu tetapi melibatkan komunitas yang akan melahirkan kelas sosial dan status sosial. Orientasi kehidupan yang mulanya dipenuhi sebagai bagian dari kesatuan alam sebagai ciptaan Tuhan, berubah menjadi kesenangan-kemudahan dan kenyamanan[4]. Orientasi kerja yang berubah dari solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organis dengan spesialisasi yang jelas[5]. Batasan-batasan makhluk kini juga mulai terkikis dengan bentukan gelombang baru revolusi biologi genetika dan konvergensi tekhnologi informatika yang akan memperluas area intervensi manusia tidak hanya pada lingkungan tetapi makhluk[6].
Perkembangan masyarakat memiliki pola yang khas dimana detail prosesnya dapat kita amati dalam kehidupan praksis saat ini. Kehidupan agriculture, industrial dan teknologi bercampur dalam kesatuan kehidupan bangsa. Sedangkan pola pengembangannya antara ketiga gelombang saling tarik menarik area pengaruh. Kemudahan dan aksesabilitas menjadi landasan bagi teknologi untuk berkembang, sedangkan keuntungan dan pekerjaan bagi industrial. Kehidupan agriculture akan terus berkembang karena ia menempatkan kebutuhan dasar pangan sebagai pola perkembangannya. Sehingga tiga gelombang yang dinyatakan alvin toffler sebagai perubah dinamika sosial telah melahirkan tiga sistem sosial dimana tumbuh dan berkembang sesuai kondisi(intervensi modal-industri, status politik-kekuasaan, alam-disaster), kemampuan masyarakat dan potensi kehidupan disitu. Asimilasi adaptasi kemudahanlah yang menempatkan kerjasama antara ketiga sistem sosial ini. Walaupun gelombang perubahan akan kita lihat arahnya kearah teknologi tetapi banyak faktor juga yang mempengaruhi pola penetrasinya, sehingga intervensi politik layaknya melihat dengan jeli fenomena ini sebagai bagian yang utuh. Pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya massa dan ukuran dalam kurun waktu, sehingga kebaikan dan keburukan merupakan pilihan dari akhir standar kurun waktu tersebut. Pengetahuan pencegahan, mengajarkan sebelum semuanya terlambat maka prosesnya harus diamati dan dilakukan intervensi. Ada dua area pengamatan sosiologi yang perlu kita tinjau yakni status kategoris; yang menempatkan pribadi berdasarkan asal paling dasar (gender, umur, ras) dan status afiliasi yang menempatkan pola produk sosial sebagai ikatannya( agama, bahasa, budaya). Dua status diatas dijadikan ajang pencegahan secara sosiologis terhadap dampak buruk adanya supra-national entities yang merupakan akibat lahirnya gelombang industrial dan teknologi meliputi Hak azasi manusia internasional, sistem perbankan global, korporasi multinasional[7].
Kelahiran modernitas awal abad 17 ditandai tanda momentual renaissance, enlightenment, reformation, Revolusi amerika dan prancis serta revolusi industri.Perubahan sosial yang signifikan, perpindahan populasi dari komunitas lokal sempit menuju kesatuan kota, pembagian pekerjaan, penggunaan market yang rasional, birokrasi dan nasionalisme merupakan gejala lahirnya demokrasi, kapitalisme, media masa, science dan kesatuan bangsa. Perkembangan modernitas secara ringkas mempunyai dua proyek yakni technical project, kontrol penguasaan semesta dengan teknologi dan social project yang merujuk pada hubungan rekan dan persahabatan melalui fakta sosial yang terdiri dari pengetahuan cara beraksi, berfikir, merasa terhadap bangsa lain. Penguasaan terhadap sosial dan teknikal akan melahirkan negara yang besar, yang punya pengaruh terhadap yang lain. Jika hal ini dilandasi dengan ketidak-puasan serta keinginan kejayaan maka akan melahirkan sikap imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa lain. Kemerdekaan bangsa indonesia secara fisik melahirkan persamaan akan penentuan nasib kedepan yang lebih mulia, tetapi kemerdekaan bukanlah barang kekal. Kemerdekaan adalah sesuatu yang patut untuk dipertahankan atas kesewenang-wenangan, penindasan dan bentuk penghinaan akan bangsa. Penjajahan tidak selamanya menggunakan senjata, tetapi menggunakan cara, mentalitas, serta ketergantungan terhadap penguasa. Perang tidak hanya melibatkan orang dan teknologi tetapi juga perusakan karakter peradaban luhur bangsa.
A.      New age disease dan Patologi sosial
Istilah patologi sosial merunjuk pada pengetahuan mengenai penyakit yang terjadi selami interaksi sosial. Sebagaimana metodologi diagnostik, fenomena yang nampak dalam kehidupan keseharian hanyalah symptom bagi persaan subyektif dan sign untuk gejala obyektif. Fenomena symptomatis yang menunjuk berbagai gangguan diantaranya dalam bidang kesehatan kita akan melihat bergolaknya disability, kesakitan, status gizi yang terjadi bukan hanya karena faktor infeksi tetapi lebih pada penyakit kronis yang disebabkan ketidak ramahan lingkungan dan gaya hidup[8]. Dalam bidang perekonomian dimana kebutuhan hajat hidup semakin meningkat sedangkan adanya lahan pekerjaan semisal lahan pertanian semakin sedikit. Walaupun angka kemiskinan menunjukkan jumlah yang bervariatif, dan kurang menunjukkan signifikasi peningkatan tetapi gejala simptomatis dalam terapi penyakit ini juga harus diobati[9]. Dibidang pendidikan, kini tujuannya menjadi kabur yang dulunya pengetahuan dan semangat kebangsaan kini sekedar pemenuhan status sosial atau dengan bahasa ekstrim disebut  orientasi manipulatif karakter[10]. Dibidang pemerintahan kelakuan korupsi makin menjadi diikuti sikap etika yang semakin menurun dikalangan wakil rakyat ataupun pejabat tinggi negara lainnya. Tentunya kasus-kasus diatas hanya bersifat tukilan yang mampu harus dianalisi lebih detail agar dicapai solusi. Adanya symptom agar tepat diagnosis haruslah ada indikator penilaian,kalau tidak hasil yang didapat hanyalah bersifat palsu (falsifiability)[11].
Pengaruh ekologi kota dalam modernisasi saat ini menempati bangunan penting bagi terciptanya kelas sosial baru dan komunitas baru. Kelas sosial yang tersisih dari seleksi sosial yang akan menjadi kuli, pengangguran, gelandangan, pemulung yang rata-rata mendiami slum area di pinggiran kota. Ada juga pengaruh modernisasi menjadikan peningkatan kelayakan hidup bagi masyarakat yang bertahan(survivor)sehingga menciptakan borjuasi. Perbedaan kelas sosial tidak hanya melahirkan kesejahteraan yang berbeda tetapi juga budaya yang berkembang. Kehidupan fashion, food, style, glamour menjadikan kebutuhan sampingan selain masalah perut bagi kelas sosial tinggi. Sedangkan apresiasi masyarakat slum area lebih cenderung menunjukkan perjuangan kelas dan ekstrim, pendekatan rock, lagu kebebasan, dandanan yang necis-urakan menjadi ciri mereka. Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi tindakan kriminal dan terjadilah chaos. Hal ini dapatlah kita amati dari bangsa kita saat terjadinya reformasi, lumpuhnya berbagai sektor perdagangan dan perekonomian kian mencekam seiring dengan gelombang perubahan. Fenomena chaos dan perjuangan dalam penyakit bisa kita ibaratkan sebagai stroke, dimana ia merupakan komplikasi penyakit vaskuler kronik yang sebelumnya menjangkit penderita dan ditandai dengan tidak berfungsinya separuh tubuh. Jangan sampai tindak modernisasi kota menciptakan pembatasan peran kesejahteraan yang melahirkan dikotomi sosial.
New age disease sebagai kelompok penyakit bagian dari perkembangan penyakit dewasa ini, secara definisi merupakan penyakit yang disebabkan karena proses degenerasi dan penuaan suatu tubuh. Suatu bangsa bisa mengidap penyakit ini yang sifatnya kronik. Poverty yang sifatnya transient karena krisis ekonomi ataupun gejolak sosial jika tidak tertangani akan melahirkan chronic poverty. Dalam kelompok New age disease penyakit demensia juga diidentifikasi mulai nampak pada masyarakat kita. Perlu diingat penyakit demensia ada yang sifatnya benign yakni awal dimana peristiwa-peristiwa dekat sulit diidentifikasi, dan juga demensia alzheimer dimana seseorang hanya mampu mengingat masa kecilnya, tidak mengenal kehidupan sekelilingnya bahkan namapun terkadang lupa. Arus teknologi dan informasi dan pergolakan budaya asing lewat fashion, food, music, style,glamour,club,film harus dicermati secara baik dan bijak agar rasa nasionalisme, nilai pancasila, semangat UUD 1945 dan pengetahuan falsafah leluhur bukan menjadi ingatan lampau yang dilupakan. Bahkan dimungkinkan sekali identitas sebagai bangsa indonesia akan dilupakan sebagai tanda demensia alzheimer sosial.
B.       New social movement antara perubahan sosial dan gerakan organisatoris
1.      Prasyarat nilai, ide dan praksis organisasi
Gerakan sosial mengambil peranannya dalam perubahan pola determinasi masyarakat melalui intervensi sekelompok personal. Perubahan sosial dalam lingkupnya bisa dibagi menjadi dua area yakni are individual dan society. Sedangkan masing-masing area tersebut dibagi lagi menjadi perubahan yang sifatnya total atau parsial. Dalam sudut pandang society maka perubahan dibagi menjadi reformative(perubahan partial) dan transformative(perubahan total). New social movement ditandai dengan perubahan sosial dimana terangkum dalam 3 entitas diantaranya; nilai transformative, identitas personal dan simbol[12]. Simbol tidak hanya dimaknai lambang tetapi juga bahasa, semboyan, bendera bahkan sandi. Pengaruh simbol dalam perjuangan sosial dimaksudkan sebagai visualisasi misi dan harapan ke depan. Pengetahuan dan telaah mengenai simbol saat ini penting dilakukan sebagai jembatan pendidikan makna dasar harapan kedepan. Jasad organisasi sebagai pelaku perubahan harus mampu menciptakan semboyan-semboyan perjuangan bagi para anggota didalamnya.
Pembangunan identitas personal bagi kader organisasi merupakan hal penting. Personality (Inggris) atau persona(Latin) yang berarti topeng ,bukanlah menjadikan seseorang berwajahkan topeng menipu sana-sini tetapi topeng yang dimaksud disini adalah karakter, watak, sifat yang khas, yang unik. Identitas dimakanai sebagai jati diri yang membedakan dirinya dengan orang lain[13]. Jadi chracter building harus mampu ditampilkan oleh kader-kader ikatan. Penguatan karakter kader harus berlandaskan ideologis. Jarang kita memahami bahwa ideologi mempunyai dua sifat yakni filosofis dan praksis. Secara filosofis Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas cukup mampu membawa gerakan IMM terdiferensiasi yang diterjemahkan ketataran cabang struktural dibawahnya. Dilain sisi, ideologi praksis yang menjadi tujuan praksis selama kurun waktu tertentu belum terlalu mampu diterjemahkan. Standarisasi dan metodologis sistematis berdasarkan analisis sosial dan kondisional, belum mampu terbentuk agar tercipta parameter yang jelas mengenai apa targetan dan jangka waktu mencapainya. Setelah mampu menciptakan ideologi praksis gerakan maka dijadikanlah simbol kader IMM dalam tataran kata penyemangat, simbol praksis atau lagu.
Transformatif mengambil makna perubahan yang sifatnya total dan ruang lingkup society merupakan targetan gerakan. Dalam pelaksanaannyanya area social dan kolektif-organisasi, harus mampu dipahami dengan benar. Nurani kolektif (Collective Conscience) dan kebiasaan kolektif (Collective Behaviour) merupakan dua syarat yang harus dipenuhi agar perubahan transformatif mampu tercipta. Menumbuhkembangkan nurani yang sifatnya kolektif merupakan rangkaian dari pola pembinaan kader dalam menyadari hakikat hidup, kesadaran personal dan tumbuhnya sikap. Pola pembinaan kader berdasarkan ideologi filosis(Religiusitas, Intelektualistas, Humanitas) melalui berbagai jalan dan salah satu tugas pimpinan ikatan disini membuka kesempatan serta terbukanya ruang publik bagi tumbuhkembangnya diskusi, silaturahim, rembug bareng serta perlekatan kehidupan sosial (praksis kemasyarakatan). Kebiasaan kolektif melalui perilaku keseharian diterapkan sesuai dengan kondisi culture serta landasan keilmuan bagi grass root komisariat. Setelah kebiasaan kolektif dan nurani kolektif, dimiliki kader maka langkah selanjutnya menjadikan mereka agent of change bagi lingkungan melalui perlekatan sosial yang diharapkan.
2.      Diversifikasi struktural-fungsional     
Sebuah organisasi tidak akan berkembang secara pesat tanpa didukung pembagian kerja yang jelas. Organisasi  Struktur organisasi tercipta dengan sistematika area kerja serta target sasaran demi terwujudnya cita-cita organisasi. Pola kerjasam yang tercipta dalam suatu organisasi merujuk pada strategi perwujudan misi. Pengembangan organisasi sesuai dengan kondisi(waktu), informasi, Resources, knowledge[14]. Pengetahuan bagi organisasi sebagai pijakan kebijakan kedepan, terkait strategi dan arah gerak tepat sasaran. Pemanfaatan sumberdaya menjadi permasalahan khusunya organisasi yang mengembangkan cabang serta yang terdiri dari kesatuan unit kultur-etnik. Sumberdaya mahasiswa sebagai basis intelektualisme menjadi pergolakan permasalahan. Keseragaman materi serta arah pengembangan organisasi tanpa memandang kultur-etnik pijakannya, maka lama kelamaan terjadilah penolakan masyarakat dan matinya organisasi tersebut. Hal tersebut dikarenakan karena metode serta arah manajemen yang salah[15]. Basis intelektual-fakultas telaah ilmu, menempatkan metodologi dan pendekatan sesuai dengan pengembangan science tersebut. Walaupun arah targetnya sama, penggunaan berbagai karakter keilmuan akan melahirkan komprehensivitas analisis yang melahirkan keberagaman manfaat. Pergerakan yang berbasiskan ilmu dan pendekatan tekhnologikal menempatkan azas kegunaan sebagai pendekatan target sosial perubahan.
Decision making salah satu hal yang harus dimiliki dalam kepemimpinan. Pengaruh informasi dan kondisi menempatkan pemimpin dalam menyerap informasi yang ada kemudian diterapkannya kemana laju organisasi akan diarahkan. Perang kekuasaan dan tarik-menarik pengaruh, menempatkan organisasi harus sigap dan berusha menanamkan pengaruhnya. Pembagian kerja dalam pencapaian tujuan organisasi, hendaknya dievaluasi sesuai agenda dengan mekanisme yang disepakati. Penguatan organisasi melalui struktur kekuasaan yang jelas, interaksi sosial, kebiasaan kolektif akan menjadikan kerjasama sosial antaranggota maupun atara anggota dan masyarakat taget. Hubungan kerjasama sosial-organisasi, jika berlangsung harmonis akan menempatkan organisasi itu dalam struktur sosial masyarakat dan jika diikuti dengan proses sosial maka akan lahilah produk sosial sebagai tanda bahwa organisasi tersebut merupakan bagian penggerak dan penting dalam terbentuknya unsur material sebagai contohnya masyarakat yang mulanya tidak ada listrik dengan keberadaan organisasi tersebut muncullah listrik bagi semua, atau dulunya tidak ada koperasi industri kecil sekarang muncul koperasi tersebut. Sedangkan unsur non-material menempatkan budaya sebagai produk unggulan yang terdeterminasi melalui bahasa, nilai, norma, adat kebiasaan bahkan kepercayaan dan agama.
C.       Peranan Organisasi dalam pencapaian negara kesejahteraan (Welfare state)
Masyarakat yang adil dan makmur merupakan harapan bagi setiap individu yang mengaku sebagai rakyat di setiap negara. Pendekatan yang digunakan tiap negara dalam mewujudkan cita-citanya dengan berbagai macam ada yang menggunakan pendekatan konstitusional, pendekatan musuh sosial ataupun penguatan pelayanan sosial[16]. Negara kesejahteraan memainkan peranan dalam proteksi dan promosi terkait ekonomi dan kehidupan sosial yang sejahtera yang berdasarkan pada persamaan kesempatan, distribusi kelayakan hidup dan tanggung jawab publik terhadap mereka yang kurang mampu agar hidup yang baik [17]. Peranan organisasi kepemudaan dalam pembangunan kesejahteraan bangsa utamanya membentuk pribadi-pribadi yang paham dan mengerti akan negerinya, serta mampu berperan dalam proses pembangunan agar tercipta kehidupan yang lebih baik. Pembangunan yang dilakukan secara gethok-tular secara intensif akan mampu merubah sikap negatif yang menghambat kemajuan. Dibantu dengan kerjasama solidaritas antar anggota maka targetan sosial yang diharapkan, akan lebih terealisisr. Hal tersebut penting sekali dalam, penerapan teori sosiologi secara sederhana[18]. Sejarah Bangsa mencatat bagaimana peranan organisasi kepemudaan mampu menumbuhkan semangat perjuangan, kesetaraan serta pendidikan ke masyarakat. Sebagai pemuda-pemuda penerus tambuk perjuangan, maka semangat yang ada diambil dengan pendekatan situsional dan belajar dari pendahulu kita.
Implementasi gerak yang dilakukan oleh IMM selayaknya melihat kondisi sosio-antropologis area geraknya. Modernitas yang menimbulkan berbagai efek sosial, tidak harus disikapi melalui strategi yang sama. Kehidupan IMM di kota besar dan kota periferal jelas berbeda dalam pengambilan perannya. Proses sosial dalam setiap tahapnya akan terlihat jelas dan adanya bukti dilain area. Walaupun gelombang perubahan peradaban manusia ada beberapa, tetapi setiap stepnya bisa diamati di lain masyarakat. Sebagai contohnya masyarakat agriculture bisa kita amati didaerah pedalaman negara ini, masyarakat industrial bisa kita amati didaerah perindustrian kawasan berikat, masyarakat terkhnologi akan kita lihat dalam masyarakat megapolis. Jadi dimanapun IMM berada dan sayap-sayap sudah digepakkan maka ia harus mampu membaca situasi dengan tepat agar kerja dan energi yang dikeluarkan mampu dirasakan sesama manfaatnya. Pengaruh-pengaruh buruk akibat proses modernasi dan berkembangnya peradaban manusia harus menjadi perhatian bagi organisasi. Moralitas dan rasa cinta terhadap bangsa mulai luntur termakan budaya hedonisme, oportunisme serta kesejahteraan pribadi. Moral Force dan penguatan bangsa menjadi satu hal mahal saat ini untuk membangun bangsa lewat organisasi[19].
Agama dan unsur rohaniah saat ini penting sebagai ajaran yang mengedepankan kesejahteraan sosial. Muhamadiyah memberikan contoh bagaimana semangat agama mampu dibawa keranah perbaikan kehidupan sosial yang lebih baik[20]. Konsepsi tauhid yang utuh membawa arah tujuan hidup yang mengutamakan kecintaan kepada Allah. Hal ini membawa konsekuensi bahwa nilai-nilai yang mencondongkan pengabdian ke sisi selain itu harus dikikis. Harta yang menjadi bentuk lain tuhan sebagai latar belakang timbulnya masyarakat kapitalis, ditentang dalam islam. Islam mengajarkan untuk bekerja keras serta membantu kehidupan sesama, bahkan perjuangan akan ketertindasan juga diajarkan dalam agama ini[21]. Semangat bekerja keras dan filosofi bangsa dipraktekan bangsa cina menjadikan bangsa ini raksasa industri dan punya peranan dalam tata pasar dunia. Nilai moral, semangat kerjasama, sosial-kemanusiaan, kemandirian serta menjadi manusia yang taat beragama merupakan misi-misi yang harus disebarluaskan kepada anggota organisasi dan masyarakat, sehingga perubahan masyarakat mampu tercipta secara signifikan dan harapan hidup kedepan yang lebih baik menjadi satu hal realistis dengan semangat tauhid yang penuh. 


DAFTAR PUSTAKA
Koesworo, E. 1991. Teori-teori kepribadian: Psikoanalisi, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: Penerbit PT Eresco.
Wertheim, WF. 1999. Masyarakat indonesia dalam transisi. Yogyakarta: PT Tiara wacana yogya.
Engineer, Asghaf Ali. 1999. Islam dan teologi pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brown, Colin. Short History of Indonesion, .2003. The unlikely nation?. Singapore: South Wind Productions.
Arnold toynbee. 2007. Sejarah Umat Manusia(Uraian analitis, Kronologis, naratif dan komparatif)—judul asli: mankind and mother earth(a narrative history of the world). Baca bab 58 India dan asia tenggara hal 533-541.yogyakarta: Cetakan ke IV, Pustaka Pelajar.
Neil Thomas. Handbook of management and leadership. Chapter 3 decision making and problem solving.p.41-55. India: replika press
Stoley, Kathy S .2005. basic sociology. mengenai  social movement.p.179-200.USA:  Greenwood Press
James Quayle Dealeylester dan Lester Frank Ward. 1905. Textbook of Sociology. The Science of Sociology. The Macmillan Company. London: Macmillan dan Co., Ltd. p.6
Karl popper. 1992. The logic of scientific discovery(Routledge, 1992) chapter 4;  falsifiability.p.57-73
Elson,R.E. .Constructing the Nation: Ethnicity, Race, Modernity and Citizenship in Early Indonesian Thought. Asian Ethnicity, Volume 6, Number 3, October 2005.p.145-160
Toeffler, Alvin. 1971.Future shock. USA: Bantam Books
Toeffler, Alvin. 1980. The third wave. USA: Bantam Books
Suharto, Edi. 2006. Peta dan dinamika welfare state di beberapa negara. Seminar “Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State dan Terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi di Indonesia”, Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa Jakarta, bertempat di Wisma MM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 25 Juli 2006.
Sunarso. 1996.Kemajemukan Etnik di Indonesia(sebuah resiko atau potensi). Cakrawala pendidikan Nomor 3, TahunXV, November 1996.p.13-22
Kesehatan Indonesia dalam gambar. 2005. Departemen Kesehatan republik indonesia- pusat data dan informasi tahun 2005. Jakarta


[1] Colin Brown. Short History of Indonesion, The unlikely nation?.2003. South Wind Productions, Singapore
[2] Arnold toynbee. Sejarah Umat Manusia(Uraian analitis, Kronologis, naratif dan komparatif)—judul asli: mankind and mother earth(a narrative history of the world). Baca bab 58 India dan asia tenggara hal 533-541.Cetakan ke IV, Pustaka Pelajar, 2007
[3] “kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena kita ingin hidup lebih layak dan sempurna. Kita bergerak tidak karena”ideaal” saja, kita bergerak karena ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup minimum seni dan cultuur. Pendek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib didalam segala bagian-bagiannya dan cabang-cabangnya(soekarno). Disampaikan dalam dua kali kegiatan, pertama tahun 1930-an dan amanat peringatah HUT RI 1959 yang erjudul  “penemuan kembali revolusi kita”(Rediscovery of our revolution)”.
[4] Dr. Qadar Bakhsh Baloch&Dr. Nasir Kareem. Book Review; The third wave by alvin toffler. Journal of managerial science. Qadar Bakhsh Baloch.p.115-143
[5]James R. Lincoln,  Durkheim and organizational culture melalui Division of labor in society.2004.University of california
[6] Mercury News Staff Writer Miranda Ewell. Toffler Interview: Information Technology Seen as Power to Workers.
[7] American sociological association, 2010-2011 “ Toward a sociology of citizenship”
[8] Kesehatan Indonesia dalam gambar. Departemen Kesehatan republik indonesia- pusat data dan informasi tahun 2005.
[9] Berita Resmi statistik No. 47/IX/1 septemper 2006. Tingkat kemiskinan Indonesia tahun 2005-2006. Tahun 1998 akibat krisis ekonomi, angka kemiskinan indonesia mencapai 49,5 juta jiwa. Tahun 1999,2000,2001,2002, 2003,2004,2005,2006 berturut-turut 47.97, 38.7, 37.9, 38.4, 37.3, 36.1, 35.1, 39.05 juta jiwa.
[10] “Zuly kodir, Litbang pimpinan Wilayah Muhammadiyah. Kompas, Jumat 6 Juni 2003,h.4, kolom 3-5....sebenarnya dunia pendidikan kita dimasa datang bukan lahan paling baik untuk membangun karakter bangsa. Bahkan pendidikann kita bisa menjadi lahan paling subur menumbuhkan manusia-manusia bermental politisi, manipulatif dan mungkin pendendam.
[11] Karl popper dalam The logic of scientific discovery(Routledge, 1992) chapter 4;  falsifiability .
[12] Baca Kathy S. Stoley .2005. basic sociology. mengenai  social movement.p.179-200.USA:  Greenwood Press
[13] Baca lebih lanjut mengenai teori kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik(E.Koeswara,1991).Bandung: penerbit PT Eresco.
[14] Baca lebih lanjut Neil Thomas. Handbook of management and leadership. Chapter 3 decision making and problem solving.p.41-55. India, replika press
[15] James Quayle Dealeylester & Lester Frank Ward. Textbook of Sociology. The Science of Sociology. The Macmillan Company. London: Macmillan & Co., Ltd. 1905. p.6
[16] Baca Edi Suharto, “Peta dan Dinamika Welfare State di berbagai negara(pelajaran apa yang bisa dpetik untuk membangun indonesia). Makalah disampaikan pada Seminar “Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State dan Terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi di Indonesia”, Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa Jakarta, bertempat di Wisma MM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 25 Juli 2006.
Pendekatan konstitusional diperkenalkan Betham akan gagasan reformasi hukum, peranan konstitusi dan penelitian sosial bagi pengembangan kebijakan sosial. Di Inggris dan AS ide beveridge mengenai permasalah sosial dan menggunakan sistem alih asuransi mulai dikembangkan. Penguatan pelayanan sosial ada yang diberikan secara penuh, residual dan korporasi. Hampir setiap negara memngadopsi pendekatan secara beraneka ragam dengan konsentrasi tertentu.
[17] Istilah ini diambil dari britanica encyclopedia secara online
[18] Baca Nazrul Islam And M.Imdadul Haque. End Of Sociological(Theory Implications And Lessons For Bangladesh).
[19] lewat Francis Fukuyama melalui bukunya state building menyuarakan negara harus diperkuat, diambil dari makalah”Islam dan Negara Kesejahteraan” dalam acara DAP IMM tahun 2008, 18 januari 2008 oleh Edi Suharto
[20]Sutarmo. Muhammadiyah Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis.2005.suara muhammadiyah
[21] Baca hasan ali engineer. islam dan teologi pembebasan. Bab VI islam dan tantangan kemiskinan.p.87-1116.pustaka pelajar
(Sumber: Tulisan Pigur A Miswanto Peserta DAM Sukoharjo)

Memperkokoh Gerakan Intelektualisme


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir tanggal 14 maret 1964 di jogyakarta, Dalam jajaran organisasi otonom muhammadiyah(ortom), imm merupakan yang paling muda usianya,tapi dari iMM lah muhammadiyah banyak menaruh harapan lahirnya kader – kader potensial, terutama yang memiliki kesempatan secara intelektual, generasi awal, sedikit banyak telah mampu memenuhi harapan tersebut Ikatan mahasiswa Muhammadiyah memiliki tujuan terbentuknya akademisi islam yang berakhak mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah.
            Dalam pengkaderan IMM,komponen kualitas intelektual adalah untuk menentukan kualitas kader kedepannya,ketajaman intelektual akan menggugah kesadaran nurani untuk setiap saat memikirkan kondisi social.seorang intelektual sejati tidak akan pernah diam berfikir dan bergerak untuk merenungkan,mencermati, dan mencarikan solusi demi perbaikan kualitas kesejahteraan manusia.karna seorang intelektual adalah seorang pemikir serta seorang yang berada di tengah-tengah masyarakat
            Inteaktual sering dilawankan dengan kebebalan.kebebalan merupakan sesuatu yang bersifat otoriter dan tidak berdasarkan pada exsperimen,orang yang bebal merupakan orang yang tdak mempunyai daya antisipasi(lambat bersikap dan reaktif),tidak kreatif serta cenderum kurang rasional.
            Sementara kaum intelektual merupakan kelompok kecil masyarakat yang hidup dan bergaul dalam kelompok terbatas,seorang intelaktual adalah seorang yang memusatkan diri memikirkan ide dan masalah non-material dengan menggunaan penalarannya.
            Sebagai organisasi ortom muhammadiyah, IMM berfungsi mewadahi aspirasi perjuangan dalam upaya menghimpun, menggerakan serta menggembleng mahasiswa islam guna meningkatkan peran dan tanggung jawab sebagai kader kader bangsa.Tiga kompetensi dasar tersebut merupakan akar dari identitas gerakan IMM yang merupakan dasar dalam peroses pengkaderan. Sebab memang IMM pada dasarnya adalah gerakan mahasiswa yang berdasarkan diri pada tiga ranahan penting, kemahasiswaan (basis intelektual), kemasyarakatan (basis humanitas), dan keagamaan (basis religiusitas). Dengan demikian , ketiganya saling berkaitan menciptakan  gerakan intelektual.
Bersangkutan dengan tiga ranah gerakan IMM ini, Mohamad Djaman Alkindi, ketua DPP IMM pertama kali, merumuskan bahwa identitas IMM paling tidak ada 6 pokok yang perlu di jadikan prinsip dan di kembangkan untik gerakan IMM dari masa ke masa, enam rumusan tersebut adalah :
1.        Sebagai Kader, harus di dukung oleh kualitas
2.        memadukan aqidah dengan intelektualitas
3.        tertib dalam Ibadah
4.        tekun belajar
5.        Ilmu amaliah, amal ilmiah
6.        untuk kepentingan masyarakat
Pertama, meneguhkan prinsip tauhid. Peradaban dunia yang di bangung umat manusia dewasa ini telah kehilangan nilai ketuhanan, bahkan lebi mengarah pada kepada orientasi kemanusiaan.
Kedua, menggunakan nalar intelektualnya untuk berfikir bebas.sebab, seorang intelektual memeiliki karakter untuk dapat berfikir bebas tampa adanya tekanan dari sistem, orang lain, maupun dorongan kelompok tertentu, inilah intelektual murni, berdiri sendiri,tidak memiliki hubungan dengan kepentingan politik duniawi kotor.
Ketiga, mengusung pijar – pijar kebenaran. Pijar kebenaran adalah tanggung jawab moral kaum intelektual dari kalangan mahasiswa. Moh Hata memandang bahwa kaum intelektual memiliki tanggung jawab moral yang sangat besar terhadap setiap krisis yang terjadi di bangsa ini.
Keempat, memperdalam nalar intelektual, menurut robet nisbet(dalam bukunya what is an interllectual?) mengatakan “ seorang intelektual memiliki kelebihan bila di bandingkan engan filsafah dan sarjana”
            Untuk memperdalam nalar intelektual dalam IMM,dapat memperluar dan menyediakan ruang – ruang pengembangan berbasis nalar intelektual. Membuka lebar – lebar ruang baca, ruang fikir di tingkatkan, dan ruangan tulisa di budayakan sebagai bentuk pengembangan keilmuan tersebut.tidak ada yang tidak mungkin untuk di lakukan, sebab bila ada kemauan yang tinggi untuk membangun IMM, dengan daya bakat yang di milikinya.
            Apalagi dalam ruang yang tampa batas ini, identitas baik kelompok maupun individu semakin kabur dan tidak jelas, termasuk di dalamnya gerakan mahasiswa.          Pada dasarnya mahasiswalah yg mempunyai peranan penting untuk membawa sebua perubah yg lebih baik terutama diera yg moderenisasi saat ini,salah satu factor pendorong di rintisnya imm adalah agar muhammadiya sebagai organisasi  gerakan dakwah isllam yg biasa membawa perubahan di dalam tatanan masyarakat ,bangsa dan Negara ini
            Secara sederhana dapat di kemukakan bahwa imm merupakan organisasi kader yg bertekad untuk terus meningkatkan kualitas diri, memiliki komitmem yg kuat dalam bidang agama(islam),imm harus mampu membuat gerakan untuk membuat sebuah perubahan,IMM bukan merupakan barang antic,atau pun situs arkeologi
            IMM adalah sebuah organisasi kemahasiswaan.dalam menjalanknan peranannya imm harus membuka diri terhadap semua komponen masyarakat,membuka diri  terhadap ide_ide baru dari manapun datangnya ide itu,kata “membuka diri”buka berarti “Masuk dan larut”tetapi”menerima sebagai sebuah realita objektif”.bahwa di tengah_tengah masyarakat kita,sekarang  ini terdapat bermacam_macam dan beragam kebudayaan dan perpolitikan , dan ideology yang masing_masing  tumbuh dan berkembang dengan logika  pembenaran masing-masing.terhadap kenyataan semacam ini yang di butuhkan imm adalah  dengac cara merespon,kalau pun dengan mengkritik harus di sampaikan dengan cara yg elegan dan argumentative ,”apa yg kita anggap baik,belum tentu baik pula buat kita,dan sebaliknya”,
Tapi nanti,ketika kita berbaur kembali dan berbaur dalam lingkungan masyarakat,maka kita harus mampu Membangun masyarakat yang kritis:
Menanggapi persoalan ini, yang harus kita perhatikan dalam rangka memperbaiki kesadaran politik rakyat agar mampu menjadi masyarakat yang kritis antara lain mandorong mereka untuk mengenal dan memahami makna politik yang sebenarnya. Atau dengan arti lain, masyarakat memiliki kesempatan untuk memahami pendidikan politik. Karena selama ini baik negara atau parpol, sama sekali lalai dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Kampanye yang sering parpol gembar-gemborkan sebagai pendidikan politik sejatinya hanyalah partisipasi yang di mobilisasi (mobilized participation) dan bukan partisipasi bagi penciptaan masyarakat yang kritis dan melek politik.
untuk itulah imm berperan penting  dalam lingkungan masyarakat,karenakader imm adalah seorang misionaris  yang mengemban nilai dan nilai yang di emban adalah nilai islam rahmatan lil’alamin, serta amal ma’ruf nahi mukar akan senantiasa dalam perilaku dan gerak gerik seorang kader imm di manapun ia berada ,seorang kader imm yg memiliki fungsi intelektual dan idiolog akan bersifat rendah hati
Dalam kapasitas inilah, IMM perlu memperkuat kembali identitasnya sebagai khalifatullah dengan mengingat kembali nilai – nilai sejarah yang telah di ukir dalam mewujudkan misi kehalifahan tersebut. Semoga kejayaan IMM menjadi kejayaan umat,persyarikatan dan bangsa ini.

Peran Mahasiswa dalam Intelektual


Berbicara soal mahasiswa berarti berbicara tentang penggerak atau juru kunci perubahan, sebagai mana yang sering kita dengar mahasiswa adalah agen of change, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan yang dibawa mahasiswa tergantung dari kekuatannya dalam melihat keadaan sekitar fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini, baik dari segi ekonomi, pendidikan, politik, agama dan banyak  lainya.  Cara berfikir seperti ini disebut cara berfikir kritis.
Berfikir kritis tidak hanya memberikan kritikan yang memojokkan  atau malah ejekan terhadap sesuatu kekurangan tapi sebagai mahasiswa hendaknya mampu mencarikan solusi dan berani menyuarakan sesuatu kebenaran. Kebaranian untuk mengungkapkan pendapat dan mencarikan jalan keluar dari suatu permasalahan yang ada di tengah masyarakat merupakan tugas pokok dari seorang mahasiswa yang akan menjadi pewaris tampuk pimpinan, tentunya setelah menyelesaikan perkuliahan mereka akan lansung bersentuhan dengan masyarakat. Seandainya hal ini tidak lagi disadari oleh mahasiswa sepenuhnya tentunya perubahan itu tidak akan terjadi,oleh karena itu sebagai generasi penerus maka mahasiswa harus membina mental serta intelektual dengan baik untuk bisa menjawab semua tantangan dan kewajiban yang harus di penuhinya.
Pembinaan dan kesadaran untuk memper tajam intilektual sudah tidak begitu terasa di kalangan mahasiswa hal ini disebabkan bahwa banyak mahasiswa yang tidak sadar akan peranan dan tanggung jawabnya sebagai kaum intelektual yang akan memberi pencerahan, dan pencerdasan bagi masyarakat. perubahan zaman juga turut menghanyutkan sanse of intellectual tersebut sehingga  Fenomena yang tampak adalah mahasiswa cukup bergelut masalah akademik saja tanpa mau memperkuat wawasan dan mengokohkan sense of intelektualannya, atau bersuara lantang memperjuangkan keadilan masyarakat.
Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa, menurut Wikipedia adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Mahasiswa bisa juga disebut sebagai pencari gelar, karena tujuan utama mahasiswa adalah mendapatkan gelar. Sedangkan Intelektual (Intellectual) yaitu cerdas, berakal dan berpikiran jemih berdasarkan ilmu pengetahuan.
Mahasiswa, secara etimologis berarti siswa yang di-maha-kan, siswa yang dihormati dan dihargai di lingkungan sekitar terutama lingkungan berbangsa bernegara. Bukan hanya itu, melainkan ada yang lebih substansial lagi, mahasiswa dalam menjalankan aktifitasnya dituntut untuk mandiri, kreatif, dan idependen.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu komunitas unik yang khas, bahkan ada yang mengatakan sebagai suatu yang aneh. Mengapa demikian? Karena mahasiswa secara historis telah mencatatkan kaki dalam sejarah perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak perubahan. Komunitas mahasiswa dikenal dengan jiwa militannya dan pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi, mahasiswa mampu berada sedikit di atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,
Melihat potensi mahasiswa yang begitu besar, tidak sepantasnyalah peran mahasiswa yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi saja. Melainkan harus tetap berkontribusi terhadap bangsa dan negarnya. Seperti yang telah dituliskan di atas, mahasiswa bukan menjadi siswa yang tanggung jawabnya hanya belajar, mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat.
Peran Mahasiswa
  1. Creator of Change
Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen perubahan. Pendapat lain mengatakan mengatakan itu tidaklah benar, mengapa? Karena dalam defininya kata ”agen” hanya merujuk bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan hanya menjadi objek perubahan, bukan sebagai pencetus perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini peranan mahasiswa banyak yang diboncengi pencetus perubahan lain seperti partai politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari kata ”pencetus”, mahasiswa seharusnya dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.
Hal ini dapat dilihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali permasalahan bangsa yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Lalu, apa yang menjadi alasan untuk berubah? Secara substansial, perubahan merupakan harga mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan walaupun keadaanya tetap diam –sudah menjadi hukum alam. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda mulai dari zaman nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi agen perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.
  1. Iron Stock
Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumnya, tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia. Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan bangsa masa depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa, kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan. Pasti timbul pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon pemimpin yang siap pakai? Tentu jawabannya adalah dengan memperkaya pengetahuan yang ada terhadap masyarakatnya. Selain itu, mempelajari berbagai kesalahan yang ada pada generasi sebelumnya juga diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan diri.
  1. Social Control
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita semua tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim rakyat, dan sudah seyogyanya mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya sendiri dalam bertindak. Usut punya usut, pemerintah tidak menepati janji yang telah diumbar-umbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan merajalela dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa yang notabene sebagai anak rakyat harus bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai kontrol sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
  1. Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan menyebabkan generasi pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki goal menjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi mahasiswa yang dikenal sebagai kaum idealis harus berdiri tegap di antara idealisme mereka dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di saat mahasiswa tengah berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain realita yang terjadi di masyarakat semakin buruk. Saat mahasiswa berpihak pada realita, ternyata secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu yang seharusnya di implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang hanya bisa membuat kemacetan di kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil yang konkret, yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan dan peran mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah tidak menganggap peran mahasiswa sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang seharusnya diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa harus dihapuskan.
Peranan Intelektual Mahasiswa
Dari uraian di atas telah dibahas tentang pengertian mahasiswa kemudian apa saja peranannya. Sebagai kaum intelektual pencipta perubahan, social control, iron stok dan moral force maka sence of itntelektual tidak bisa di pisahkan dari mahasiswa. Sebagai kader bangsa hal ini sangat dibutuhkan sebagai alat untuk memulai perubahan serta membela kaum yang tertindas.
Berdadsarkan pengertiannya intelektual adalah cerdas, berfikir jernih memiliki ilmu pengetahuan. Itelektual adalah gerak bebas seorang terbang seperti burung. Arah terbang mereka hanyalah pada fakta dan prinsip-prinsip kebenaran. Intelektual sejati akan bertindak secara rasional, lebih mementingkan akal daripada perasaan, obyektif, punya integrated pesonality hingga sanggup menyatakan benar dan salah tanpa pandang bulu. Shill (1972)
intelektual itu sudah seharusnya bergerak maju secara progresif dan kritis.   Tidak terikat oleh hukum –hukum keilmuan dan penelitian ilmiah yang cendrung membajak kekhasan intelektual yang kritis. Progresifitas dan  kritisme harus menjadi stamina prima yang akan menjadi penyuara keadilan bagi kemasyalahatan kamanusiaan. Derita dunia intelektualisme adalah “menghambanya kaum intelektualitas terhadap penguasa.
 Fungsi-fungsi inteleksinya digerakkan dalam rangka melanggengkan kekuasaan dan otoritarianisme kaum elit dan penguasa. Intelektualisme adalah perlambang energisitas subjek sebagai manifestasi ke-beragamaan yang memiliki visi pencerahan, penyadaran dan pencerdasan, bermuara kepada kebebasan dan kemerdekaan sebagai “manusia sadar” yang berperan untuk membebaskan manusia dari penjara kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, krangkeng pragmatisme politik, serta perbudakan globalisme yang menghabisi nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu untuk dapat melakoni peran penting mahasiswa yang akan mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan pemanusiaan kearah yang lebih baik maka perlu adanya intelektualisme yang tajam dan wawasan yang luas.
Kesimpulan
Dalam makalah ini di uraikan singkat tentang mahasiswa dan peranannya secara umum yaitu pencipta perubahan untuk kehidupan yang layak dan keadilan bagi kemanusiaan. Jika dilihat  sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tentunya memiliki tugas dan tujuan tersendiri sebagai kader bangsa, kader umat, dan kader perserikatan. seorang kader haruslah memiliki intelektualitas yang tinggi agar bisa menguak permasalahan, mencari keadilan memperjuangkan nasib masyarakat serta mencari solusi yang cerdas. Semua ini tentu tidak akan tercapai dengan wawasan yang sempit, kedangkalan berfikir dan perhatian yang minim dari seorang kader atau mahasiswa. (Tulisan Novi Rosdiana pada DAM Sukoharjo) 

Peran Intelektualitas Ikatan

Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan bagian dari AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) yang merupakan organisasi otonom dibawah Muhammadiyah. Sesungguhnya ada dua faktor integral yang melandasi kalahiran, yaitu faktor intem dan fakor ekstem. Faktor Intem Dimaksudkan yaitu faktor yang terdapat didalam Diri Muhammadiyah itu sendiri, sedangkan fakor ekstern adalah faktor yang berawal dari luar Muhammadiyah, khususnya umat Islami Indonesia dan pada umumnya adalah seluruh umat dunia.
Faktor intern, sebenarnya lebih dominan dalam bentuk motivasi idealismse, yaitu motif untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu faham dan cita cita Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah oraganisasi yang punya cita-cita atau tujuan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam , sehingga terwujud masyarakat Utama, adil dan makmur yang diridloi oleh Allah SWT. Hal ini termaktub dalam AD Muhammadiyah Bab II pasal 3. dan dalam merefleksikan cita-citanya ini, Muhammadiyah mau tidak mau harus bersinggungan dengan masyarakat bawah (jelata) atau masyarakat heterogen. Ada masyarakat petani, pedagang, peternakan dan masyarakat padat karya dan ada masyarakat administratif dan lain sebagainya yang juga termasuk didalamnya masyarakat kampus atau intelektual yaitu Masyarakat Mahasiswa.
Persinggungan Muhammadiyah dalam maksud dan tuiuannya, terutama terhadap masyarakat mahasiswa, secara teknisnya bukan secara langsung terjun mendakwahi dan mempengaruhi mahasiswa yang berarti orang-orang Mahasiswa, khususnya para mubalighnya ya langsung terjun ke mahasiswa. Tapi dalam hal ini Muhammadiyah memakai teknis yang jitu yaitu dengan menyediakan wadah yang memungkinkan menarik animo atau simpati mahasiswa untuk, memakai fasilitas yang telah disiapkan. Pada mulanya para mahasiswa yang bergabung atau yang mengikuti jejak-jejak Muhammadiyah oleh Muhammadiyah dianggapnya cukup bergabung dalam organisasi otonom yang ada dalam Muhammadiyah, seperti Pemuda Muahmmadiyah (PM) Yang diperuntukkan pada mahasiswa dan Nasyi'atul Aisyiyah (NA) untuk mahasisiwi Yang lahir pada 27 Dzulhijjah 1349 H (NA) dan pemuda pada tanggal 25 Dzulhiijjah 1350 H.
Anggapan Muhammadiyah tersebut lahir pada saat-saat Muhammadiyah bermuktamar ke-25 di Jakarta pada tahun 1936 Yang pada saat itu dihembuskan pula cita-cita besar Muhammadiyah untuk mendirikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan pada saat itu pula Pimpinan Pusat (PP) Yang dipegang oleh KH. Hisyam (periode 1933-1937). Dan pada dikatakan bahwa anggapan dan pemikiran mengenai perlunya menghirnpun mahasiswa Yang sehaluan dengan Muhammadiyah yaitu sejak konggres ke-25 tersebut. Namun demikian keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa Muhammadiyah pada saat itu masih vakum, karena pada waktu itu Muhammadiyah masih belum memiliki Perguruan Tinggi seperti Yang diinginkannya sehingga para mahasiswa Yang berada di Perguruan Tinggi lain baik negeri ataupun swasta Yang sudah ada pada waktu itu secara ideologi tetap berittiba' pada Muhammadiyah dalmn kondisi tetap mereka harus mau bergabung dengan PM, NA ataupun Hizbul Wathon (HW).
 Pada perkembangan keberadaan mereka yang berada dalam ketiga organisasi otonom tersebut merasa perlu adanya perkumpulan khusus mahasiswa Yang secara khusus anggotanya terdiri dari mahasiswa Islam. Alternatif yang mereka pilih yaitu bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). bahkan ada image waktu itu yang menyatakan bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah Yang diberi tugas khusus untuk membawa mahasiswa dalam misi dan visi yang dimiliki oleh Muhammadiyah, karena waktu itu ditubuh HMI sendiri dipegang oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang secara aktif mengelola HMI. Pada waktu itu Muhammadiyah secara kelembagaan turut mengeloia HMI baik dari segi moral ataupun material, sampai belakangan ini menurut data-data Yang ada di PP Muhammadiyah menyatakan bahwa Muhammadiyah (terutama PTM dan RS Sosial) secara, materiil turut membiayai hampir setiap aktifitas HMI baik mulai dari tingkat konggres sampai aktifitas sehari -hari. Disinilah sekali lagi bukan.HMI yang turut menelorkan tokoh-tokoh Muhammadiyah tapi sebaliknya bahwa Muhammadiyah yang dulu ikut aktif membesarkan HMI.
PP Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan Muktamar ke-I di Palembang (1956) dibebani tugas untuk menampung aspirasi aktif para Mahasiswa Muhammadiyah, segera membentuk Study Group yang khusus Mahasiswa yang berasal dari Malang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Padang, Ujung Pandang dan Jakarta. Menjelang Muktamar Muhammadiyah setengah abad di Jakarta tahun 1962 mengadakan kongres Mhasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta dan dari kongres ini semakin santer upaya para tokoh Pemuda untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan untuk berdiri sendiri. Pada 15 Desember 1963 mulai diadakan pejajagan dengan didirikannya Dakwah mahasiswa yang dikoordinir oleh : Ir. Margono, Dr. Sudibjo Markoes dan Drs. Rosyad Saleh. Ide pembentukan ini berasal dari Drs. Moh. Djazman yang waktu itu sebagai Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah. Dan sementara itu desakan agar segera membentuk organisasi khusus mahasiswa dari berbagai kota seperti Jakarta dengan Nurwijo Sarjono MZ. Suherman, M. yasin, Sutrisno Muhdam, PP Pemuda Muhammadiyah dll-nya. Akhirnya dengan restu PP Muhammadiyah waktu itu diketuai oleh H.A. Badawi, dengan penuh bijaksana dan kearifan mendirikan organisasi yang khusus untuk Mahasiswa Muhammadiyah yang diketuai oleh Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator dengan anggota M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh, Soedibjo Markoes, Moh. Arief dll.
Jadi Pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM adalah Drs. Moh. Djazman Al-kindi yang juga merupakan koordinator dan sekaligus ketua pertama. Muktamar IMM yang pertama pada 1-5 Mei 1965 di kota Barat, Solo dengan menghasilkan deklarasi yang dibawah ini. IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam. Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (sebagai stabilisator dan dinamisator).
Ilmu adalah amaliah dan amal adalah Ilmiah IMM. IMM adalah organisasi yang syah-mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku.Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Faktor Ekstern, yaitu sebagaimana Yang tersebut diatas baik Yang terjadi ditubuh umat Islam sendiri ataupun yang terjadi didalam sejarah pergolakan bangsa Indonesia. Yang terjadi dimasyarakat Indonesia pada zaman dahulu hingga sekarang adalah sama saja, yaitu kebanyakan mereka masih mengutamakan budaya nenek moyang yang mencerminkan aktifitas sekritistik dan bahkan anemistik yang bertolak belakang dengan ajaran Islam murni khususnya dan tidak lagi sesuai dengan Perkembangan zaman. Hal semacam ini memunculkan signitifitasi (bias) yang begitu besar, utamanya pada kalangan mahasiswa Yang memiliki kebebasan akademik dan seharusnya memiliki pola pikir yang jauh, namun karena dampak budaya masyarakat yang demikian membumi, mereka akan menjadi jumud dan mengalami kemunduran.
Pergolakan OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) atau Organisasi Mahasiswa periode 50 sampai 65-'an terlihat menemui jalan buntu untuk mempertahankan indpendensi mereka dan partisipasi aktif dalam pasca Proklamasi (era kemerdekaan) RI. hal ini terlihat sejak pasca Konggres Mahasiswa Indonesia pada 8 Juli 1947 di Malang Jawa Timur, yang terdiri dari HMI, PMKRI, PMU, PMY, PMJ, PMKH, MMM, SMI, yang kemudian berfusi (bergabung) menjadi PPMI (Perserikatan Perhimpunan-perhimpunan Mahasiswa Indonesia). PPMI pada mulanya tampak kompak dalam menggalang persatuan dan kesatuan diantara mahasiswa, namun sejak PPMI menerima anggota baru pada tahun 1958 yaitu CGMI yang berkiblat dan merupakan anak komunis akhirnya PPMI mengalami keretakan yang membawa kehancuran. PPMI secara resmi membubarkan diri pada Oktober 1965.
Sebenamya PPMI sebelum membubarkan diri, sekitar tahun 1964-1965 masing-masing organisasi yang berfusi dalam PPMI itu saling berkompetisi dan sok revolosioner untuk merebut pengaruh para penguasa waktu itu, termasuk juga Bung Karno Yang tak luput dari incaran mereka. Hal ini diakibatkan karena masuknya CGMI kedalam PPMI yang seakan mendapatkan legitimasi dari pihak penguasa waktu itu sehingga CGMI (PKI) terlihat besar. HMI pun saat itu juga merevolosionerkan diri menjadi sasaran CGMI (PKI), sehingga HMI hampir rapuh akibat ulahnya sendiri, karena pada saat itu PKI merupakan partai terbesar dan pendukungnya selalu meneriakkan supaya HMI dibubarkan. HMI melihat kondisinya yang rawan tidak tinggal diam, dengan segala upaya untuk mengembangkan sayap dan memperkokohnya, HMI kembali berusaha mendapatkan legitimasi kesana-kemari untuk menangkal serangan dari PKI yang berusaha membubarkannya.
Pada saat HMI semakin terdesak itulah IMM lahir, yaitu pada tanggal 14 Maret 1964. Salah satu faktor historisnya adalah untuk membantu eksistensi HMI agar tidak mempan atas usaha-usaha yang akan membubarkannya. Sekali lagi bahwa kelahiran IMM untuk membantu dan turut Serta mempertahankan HMI dari usaha- usaha komunis yaitu PKI Yang akan membubarkannya dan sesuai dengan sifat IMM itu sendiri yang akan selalu bekerjasama dan saling membantu dengan saudaranya (saudaranya seaqidah Islam) dalam upaya beramar ma'ruf nahi mungkar Yang merupakan prinsip perjuangan IMM.  Dan sekarang kita telah tahu bahwa IMM lahir memang merupakan suatu kebutuhan Muhammadiyah dalam mengembangkan sayap dakwahnya dan sekaligus merupakan suatu aset bangsa untuk berpartisipasi aktif dalam kemerdekaan ini.Karena IMM merupakan suatu kebutuhan intern dan ekstern itu pulalah, maka tokoh-tokoh PP Pemuda Muhammadiyah yang berawal dari HMI kembali keIMM sebagai anak atau ortom.
Pergerakan mahasiswa kian hari terus bergeliat menunjukkan eksistensinya sebagai agen sosial of change, Soekarno (1966) dan Soeharto (1998) lengser oleh gerakan mahasiwa. Keduanya dimakzulkan dengan alasan telah melanggar konsitusi. Kiprah mahasiswa sebagai pionir perubahan dalam mewujudkan ide dasar negara sesuai dengan konstitusi menempatkan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang disegani. Setidaknya mahasiswa memiliki peran ganda, yaitu sebagai insan akademik (intelektual) dan agen perubahan sosial. Kedua kiprah tersebut dijalankan oleh setiap mahasiswa sebagai wujud pengabdian terhadap bangsa.
Dalam perjalanannya, gerakan mahasiswa tidak terlepas dari perubahan seiring dengan perubahan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan politik tanah air. Terutama perubahan orientasi gerakan. Semula gerakan mahasiswa menyuarakan suara hati nurani rakyat yang mengacu pada terpenuhinya kepentingan dan kesejahteraan rakyat, kini hampir beralih orientasi pada keuntungan pribadi dan elit tertentu. Dalam perkataan lain, gerakan mahasiswa tidak lagi murni gerakan ideologis, melainkan gerakan yang ditunggangi kepentingan tertentu. Sehingga sering terjadi sebuah gerakan yang mengarah pada tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa sebagai insan akademik dan agen perubahan sosial.
Memasuki era Reformasi yang sudah menginjak umur ke -13 tahun, ternyata bukan hanya gerakan kemahasiswaan saja yang sudah keluar dari jalur yang sebenarnya,  pemerintah pun belum juga menunjukkan pergerakan ke arah perbaikkan. Sistem pemerintahan yang digulirkan justru sangat membingungkan. Tiga elemen negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) saling sikut dan saling bantai sehingga keadaan negara semakin semrawut. Keadaan itu semakin diperparah dengan kondisi sosial masyarakat yang tidak stabil. Masyarakat  awam dibuat bingung dengan parodi politik para pejabat negara yang satu persatu menyusul “mesantren” di LP, mulai dari pejabat pemerintah, anggota dewan, penegak hukum, bahkan para elit politik pun seperti tidak mau ketinggalan. Tidak hanya itu, sistem ekonomi neo-liberalisme kepitalisme yang dijalankan pemerintah saat ini juga semakin memperparah kondisi bangsa kearah keterpurukan, yang mengakibatkan kesenjangan sosial-ekonomi yang semakin kentara.
Belum usai masalah kebangsaan, ummat Islam semakin resah dengan kembali menghangatnya isu NII KW 9 (Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9) yang mengatasnamakan agama untuk menghancurkan agama, masyarakat semakin was-was terhadap gerakan yang satu ini, mereka takut jika anak-anak mereka ikut kedalam gerakan ini. Yang menjadi aneh adalah pemerintah seolah tak mau tahu, atau mungkin pura-pura tak tahu terhadap permasalahan ini. Tidak ada penanggulangan yang dilakukan, untuk setidaknya menelusuri dan menindak keberadaan NII KW 9 yang sekarang sudah menjadi rahasia umum lagi. Data-data sudah di depan mata, tapi apa mau dikata, kalau niat memang tidak ada. Ditambah lagi, Muhammadiyah sebagai Ormas Islam modern terbesar di Indonesia yang sejatinya memiliki tujuan menegakkan dan menjungjung tinggi ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Roni, 2010), justru ikut memperuncing keadaan, hal ini terlihat pada Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat yang diadakan di Tasikmalaya awal tahun ini. Salah seorang kader Muhammadiyah terpilih menjadi Ketua PWM Jawa Barat, tetapi setelah ditelusuri, ternyata kader tersebut melakukan kecurangan dengan adanya indikasi money politik. Maka semakin kompleks saja pemasalahan bangsa ini.
Organisasi kepemudaan, yang di dalamnya terdapat IMM, diharapkan menjadi jawaban nyata terhadap berbagai permasalahan bangsa. Sekali lagi, harapan itu belum dapat terwujud untuk waktu sekarang ini, karena IMM, dalam hal ini merupakan kader intelektual Muhammadiyah, belum mampu untuk berbuat kesana, pergerakan IMM masih cenderung ekslusif pada kader-kader di bawahnya saja, itupun masih tertaih-tatih. Pergerakan IMM belum mampu menyentuh keruang publik, baik itu ke intern Muhammadiyah sebagai organisasi induk, ataupun pada masyarakat secara umum. Kegiatan yang dilakukan hanya sebatas kajian-kajian tanpa pergerakan adapun kegiatan yang bersifat actuating, itupun masih dalam lingkup kader saja.  
Terkait dengan hal di atas, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai salahsatu pionir gerakan mahasiswa di tanah air hendaknya tetap berpegang pada landasan organisasi dan mulai berbenah diri. Menata kembali arah gerakan supaya tidak terbawa pusaran arus yang menyesatkan. Reorientasi gerakan pada yang lebih baik mutlak harus dilakukan sejak dini. Tanpa hal itu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah hanya tinggal nama yang kerap dibanggakan sebagai kejayaan masa lalu. Pembenahan yang pertama harus dilakukan adalah melakukan kaderisasi yang berkualitas dengan mendasarkan pada tri kompetensi kader yang meliputi intelektualitas, humanitas dan spiritualitas. Intelektualitas dapat mengantarkan kader menjadi insan akademik yang berpola pikir rasional dalam mengahadapi setiap permasalahan. Humanitas mendorong kader menjadi pendamping masyarakat dan melatih kepekaan sosial terhadap sesama. Dan spiritualitas membentuk kepribadian kader yang moralis dengan dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi pionir gerakan moral rasional yang membawa perbaikan bagi bangsa. Sebuah gerakan perubahan yang berdasarkan prinsip menjunjung tinggi moralitas, demokrasi, dan pluralisme dalam bingkai integrasi. Mudah-mudahan ini dapat terwujud sebagai bagian dari pelaksanaan tri fungsi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kader persyarikatan, kader keumatan dan kader kebangsaan.
Sebagai kader persyarikatan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi otonom di bawah Muhammadiyah yang memiliki tujuan mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam ranka mencapai tujuan Muhammadiyah (Tanfidz keputusan Muktamar, 2010) yang merupakan kader intelektual bagi Muhammadiyah. Oleh karena itu, sudah sewajarnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi sebuah organisasi otonom yang bersifat kritis terhadap perkembangan yang ada dalam organisasi induknya, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah jangan hanya menjadi “anak baik”  yang mengiyakan setiap perkataan dan perbuatan induknya, tetapi harus menjadi sebuah katalisator yang dinamis menyuarakan perbaikan dalam tubuh Muhammadiyah. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mendukung Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sebagai organisasi Islam modern terbesar di Indonesia yang selama ini dikenal sebagai sebuah organisasi massa. Muhammadiyah lebih banyak berperan dalam tataran sosial keagamaan. Ribuan sekolah, ratusan Rumah Sakit, dan puluhan perguruan tinggi telah didirikan. Namun hal itu belum dapat berjalan sempurna jika ternyata kader-kadernya tidak memiliki akhlak yang mulia. Karena sudah kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang menyempurnakan akhlak. IMM dengan intelektualitas yang dimilikinya, mesti memberikan konstribusi positif bagi perbaikan Muhammadiyah secara keseluruhan. Tidak sulit mencari pengurus Muhammadiyah yang ahli dalam bidang muamalah, sebaliknya akan sulit ditemukan pengurus Muhammadiyah yang memiliki kedalaman ilmu agama yang mumpuni. Justru itulah bekal penting yang harus dimilki oleh setiap kader Muhammadiyah dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam bidang keummatan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang pergerakan ummat Islam Indonesia yang begitu dinamis. Setelah hampir 1 abad Muhammadiyah berdiri, ternyata penyakit masyarakat, dalam hal ini TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Khurafat) masih saja merajalela. Penyakit TBC ini, menurut kalangan sejarawan, antara lain diakibatkan dakwah walisongo yang belum tuntas. Sehingga, kondisi masyarakat Islam kala itu masih seperti masyarakat Islam Mekah. Saat berada di Mekah, Nabi Muhammad saw baru memberi pemahaman tentang tauhid, mengenai Islam serta ajaran-ajarannya. Beliau masih membiarkan ummatnya mempraktekkan amalan-amalan lama pengaruh dari agama dan kebudayaan seetempat.
Sebagai misal, beliau masih membiarkan sebagian sahabat-sahabatnya mabuk-mabukkan, berjudi, dan seterusnya. Beliau baru meluruskan amalan-amalan yang tak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam itu setelah berada di Madinah. Di Madinah ini pulalah beliau mlai menegakkan hukum-hukum Islam. Berbagai praktek yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam beliau luruskan, bahkan beliau terapkan pula sanksinya.
Hal yang demikian itu pulalah yang dilakukakn Walisongo ketika mengislamkan Tanah Jawa. Tugas itu tidaklah ringan, mengingat ajaran  animisme, Hindu, dan Budha sudah begitu mengakar. Agama Islam bisa diterima masyarakat para wali terpaksa menggunakan idiom-idiom budaya serta agama setempat. Misalnya saja pengguanaan gamelan untuk mengumpulkan masyarakat, bedug untuk menyeru masyarakat melaksankan shalat, selamatan untuk memperingati orang yang meninggal dunia, dan seterusnya. Para Walisongo belum sempat melaksanakan hukum Islam secara ketat sebagaimana Rasulullah SAW saat di Madinah. Penyakit TBC itu juga diperparah oleh kedatangan kaum penjajah. Mereka sengaja memelihara penyakit masyarakat itu. Tujuannya agar ummat Islam terninabobokan, tidak memberontak.
Ternyata ummat Islam terninabobokan sampai sekarang. Karena penyakit masyarakat itu tidak juga hilang samapi saat ini, tidak hanya itu, bahkan akidah ummat Islam pun sudah tergoyahkan dengan arus globalisasi yang semakin mencenngkram ummat ini. Ini merupakan penjajahan bentuk baru yang dialami ummat Islam Indonesia. Westrenisasi yang tak pandang bulu terus menghantam akidah ummat yang sedang goyah dengan kondisi sosial ekonomi yang yang tak karuan.  Hal itu semakin mengkerdilkan pemikiran ummat ini dengan antipati terhadap pembaruan yang positif. Maka makin betah saja ummat ini dengan perilaku ibadah mereka yang menyimpang ini.  Padahal KH.A Dahlan telah mengajarkan kepada kita “Semua ibadah diharamkan keculai ada perintah dan semua muammalah (masalah dunia) boleh dilakukan kecuali ada larangan.” Yang bermakna bahwa semua ibadah itu harus berdasarkan al-Quran dan Hadits (Sunnah Rasulullah SAW). Apa yang tidak dilakukan oleh Rasulullah tak perlu dikerjakan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai kader intelektual Muhammadiyah mesti menjadi Muhammad Darwis masa kini, yang dengan daya fikir kritisnya peka terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Memiliki pengetahuan agama yang luas dan mendalam, berani memberikan perubahan positif dalam kehidupan beragama dimasyarakat dengan cara yang santun dan tidak mendeskriditkan orang lain. Ada banyak orang di sekeliling kita yang masih melakukan ritual-ritual yang tidak perlu dalam menjalankan agama. Tugas IMM lah untuk memberikan pengertian Islam yang benar kepada masyarakat.
 Islam adalah suatu agama yang hidup dalam sebagian besar rakyat Indonesia. Bukan itu saja, Islam adalah suatu ideologi. Islam bukan semata-mata suatu agama dalam arti hubungan manusai dengan Tuhan. Islam mengandung dua unsur. Unsur hubungan manusia denga Tuhan-Nya dan manusai dengan dengan sesama makhluk. Unsur ibadah dan muamalah. Unsur yang kedua ini, yaitu unsur muamalah, meliputi kehidupan secara perseorangan, kehidupan secara kekeluargaan, dan kehidupan kenegaraan (M. Natsir dalam Kholid .O Santosa, 2006).
Disinilah IMM dituntut untuk bersikap inklusif pada masyarakat, Descartes mengatakan “Cogito ergo sum, aku berfikir maka aku ada”. IMM adalah gerakan Intelektual yang memiliki kelebihan dalam hal pola fikir dan daya fikir, tapi berfikir saja tidak cukup, tapi harus direalisasikan dalam sebuah wacana, dan diimplementasikan dalam sebuah gerakan. Gerakan yang dilakukan adalah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang memberikan pencerahan pada masyarakat tentang ajaran Islam yang sebenarnya.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, selain sebagai kader persyarikatan, keumatan, juga memiliki kepentingan dalam bidang politik. Ini terlihat dari doktrin IMM yang terdapat dalam trifungsi kader, yaitu kader kebangsaan. IMM memiliki asas Islam yang berarti doktrin tauhid sebagai landasan pergerakan. Lambang IMM dengan jelas memberikan sinyal pada kita untuk berfastabiqul khairat dalam kehidupan dengan memegang teguh dua kalimat syahadat. Dimana dua kalimat syahadat itu dijadikan landasan gerak dalam tiap amal.
Selanjutnya, keterlibatan IMM dalam perpolitikan nasional bukan berarti IMM itu berafiliasi dengan salah satu partai politik, tetapi IMM justru menjadi kontrol terhadap jalannya perpolitikan nasional. IMM harus peka terhadap isu-isu kebangsaan yang terjadi di Indonesia sebagai langkah awal gerak IMM sebagai agen kontrol sosial bagi kepentingan masyarakat. IMM harus vokal menyuarakan kepentingan-kepentingan masyarakat bawah dan menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah sehingga terjadi harmonisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Artinya kader IMM harus masuk kedalam semua elemen masyarakat dengan tanpa memilih-milih. Dampaknya bahwa kader IMM harus memiliki keilmuan yang luas dan mendalam sebagai bekal untuk terjun langsung kemasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
A.Zakaria, Etika Hidup Seorang Muslim, Azka, Garut, 2003
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Rosdakarya, Bandung, 2000.
Ali Syari’ati, Pemimpin Mustadh’afin, Muthahhari Papperback, Bandung, 2002
DPP IMM, Tanfidz Keputusan Muktamar XIV IMM di Bandung, Jakarta 2010.
Heri Sucipto & Nadjamuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah, Grafindo, Jakarta, 2005
http://imm, kotabandung.blogspot.com/2010/01/imm-sebagai-gerakan-moral.html
Kholid. O Santosa, Mencari Demokrasi, Sega Asri, Bandung, 2006.
Roni Tabroni, Etika Politik Muhammadiyah, Ar Raafii, Bandung, 2010.

BERITAHU TEMAN

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites