Urgensi Aqidah Islam



Kita tidak dapat mengklaim bahwa kita sudah memenuhi kalimat “tiada Ilah selain Allah” artinya kita sudah berAqidah benar, terhindar dari kemusyrikan dalam beribadah, dan semua pengadilan kita sudah menerapkan syariat Allah – bila kita masih saja terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, peradaban, moral, sosial dan pemikiran. Kemudian kita diam berpangku tangan dan tidak berusaha mengubah keadaan. Kalimat “tiada Tuhan selain Allah” menyuruh kita melepaskan semua belenggu itu. Berbagai arahan Allah dan Rasul-Nya dalam masalah ini cukup jelas dan harus ditaati umat Islam, baik secara individu maupun kelompok (Muhammad Quthb)
Seringkali ketika membicarakan kemurnian dan urgensi makna Aqidah, kita hanya akan menariknya pada satu kutub: penyucian jiwa dan porsinya lebih besar pada aspek ruhiyah dan ibadah mahdhah. Penulis pun awalnya diminta untuk mengisi tema ini dengan suasana “ngeruhiy banget.”
Tidak sepenuhnya salah memang, namun untuk memurnikan (ta’shil) berarti kita harus mengembalikan sesuatu pada asalnya, membuka kembali apa yang menutupinya, dan membersihkan dari segala sesuatu yang menodainya. Nah, bila Aqidah hanya dipahami semata-mata sebagai aspek penyucian jiwa pribadi yang tidak terimplementasi dalam aspek kehidupan lain, maka yang terjadi bukan pemurnian, melainkan degradasi dan penyempitan makna.
Bayangkan, bagaimana pandangan Anda terhadap seorang muslim yang sangat ketat perhatiannya terhadap shalat di awal waktu sementara di aspek lain tugas-tugas kerjanya diselesaikan melebihi batas waktu? Bagaimana pandangan Anda terhadap seorang muslim yang sangat ketat perhatiannya terhadap dzikir dan doa sementara malas dalam bekerja? Bagaimana pula dengan seorang muslim yang bertahun-tahun membaca kitab akhlak sementara hubungan sosialnya sangat kaku dan cenderung keras? Apakah itu makna kemurnian Aqidah?
Atau dalam level kolektif, bagaimana pandangan Anda terhadap negara kita yang menjadi salah satu penyumbang jamaah ibadah haji terbesar, sementara di satu sisi juga menjadi negara terkorup? Bagaimana pula pandangan Anda terhadap dunia Islam secara umum yang memiliki doktrin “al-islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih” (Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya), namun masih tertinggal? Bahkan di beberapa belahan dunia diinjak-injak dan dipermainkan tanpa punya kekuatan untuk sekedar mengangat muka di hadapan negara lain. Apakah sekedar itu makna Aqidah?
Oleh karena itu Muhammad Quthb dalam pernyataannya di atas hendak membuka kembali tabir makna Aqidah yang telah disempitkan dalam bilik-bilik ruhani yang sebenarnya kosong dan gersang dalam implementasi (jafaaf ruuhi). Sebagaimana seorang Jamaluddin al-Afghani pernah menyindir kita saat melancong ke negara yang nonmuslimnya mayoritas, “Saya melihat Islam di sini walaupun tidak melihat banyak orang Islam. Sementara di negara mayoritas muslim, saya lihat banyak orang Islam tapi tidak melihat Islam.
Artinya, selama ini Aqidah kita miskin implementasi dan diterapkan secara parsial. Padahal, ia seharusnya bukan hanya mencakup masalah ruhiyah, tapi juga manhajiyah, fikriyah bahkan implementasi jasadiyah. Aqidah kita, yang secara ringkas terangkum dalam dua kalimat syahadat, belum mampu menjadi asasul inqilab (dasar-dasar perubahan) yang signifikan dalam kehidupan dari level individu hingga umat. Padahal, inilah urgensi terbesar dari kekuatan Aqidah. Itu pula yang dahulu mengubah tatanan sosial masyarakat Islam secara revolusioner dan progresif tanpa melupakan masalah kekhusyukan ruhani.
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan” (Al-An’am: 112)
Bukankah sirah Rasul sudah sering kita dengar? Shalatnya yang khusyuk dan panjang, tidak bertolak belakang dengan penunaian amanat dunianya. Ia adalah orang yang sangat menghargai waktu dan menepati janji. Bekerja ihsan, seakan-akan melihat Allah dan dalam pengawasan-Nya. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Memperhatikan ilmu dan pengembangan ekonomi umat. Doa dan dzikirnya tidak mengurangi kerja-kerja taktisnya. Kelembutan tidak mengurangi heroismenya di medan laga, puluhan perang telah dilalui dalam usianya yang di atas 40 tahun.
Dr. Yusuf Qardhawi menulis dalam buku al-Iman wal Hayat, “Pengaruh iman bagi pembaharuan jiwa sesungguhnya tidak diragukan lagi. Berbagai kejadian cukup menjadi saksi. Ahli-ahli sejarah kagum melihat perubahan besar yang dialami bangsa Arab sesudah mereka disinari cahaya iman. Dari suku-suku berpecah belah menjadi umat yang bersatu. Dari lemah menjadi kuat. Dari penggembala binatang ternak, menjadi bangsa-bangsa dan pembentuk kebudayaan baru. Perubahan yang luar biasa ini terjadi dalam masa singkat. Bukan berpuluh tahun dan bukan berpuluh abad, melainkan dalam masa yang tidak lebih dari 23 tahun. Perubahan ini adalah karena pengaruh iman, yang ditanamkan oleh Nabi Besar Muhammad Saw dalam jiwa sahabat dan pengikut-pengikutnya. Mereka berpindah dari masa jahiliyah ke zaman Islam. Dari memuja berhala kepada menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Dari suku-suku bangsa yang terpencil menjadi umat yang menulis sejarah baru dengan tinta keemasan.”
Jadi seharusnya, iman itu berdampak bukan hanya ketenangan jiwa, tapi terasa dan terlihat dalam kehidupan sosial, bahkan yang sifatnya kerja-kerja duniawi. Di antaranya, Yusuf Qardhawi menulis bahwa Aqidah, iman, dan tauhid itu bisa memperbesar prestasi kerja, di antara indikatornya meningkatkan produksi, mengerjakan sesuatu dengan ihsan, menghargai waktu, produktifitas tinggi tanpa alasan terhambat ibadah, dan mampu memakmurkan bumi dengan kerja-kerja kita.
Muhammad Quthb juga menulis bahwa sebenarnya Aqidah, kalimat “la ilaha illaLlah,” mengandung tuntutan-tuntutan yang sebenarnya telah ditunjukkan dalam sirah. Tuntutan itu mulai dari yang mahdhah sampai ghairu mahdhah. Dari tuntutan keimanan, penyembahan, legislasi, moral, pemikiran, peradaban, bahkan sampai ekpresi seni.
Lalu mengapa kita sering terjebak pada penyempitan makna Aqidah? Muhammad Quthb memaparkan beberapa faktor utamanya dalam buku Laa Ilaha IllaLlah: sebagai Aqidah Syariah dan Sistem Kehidupan. Pertama, pandangan yang hanya menganggap bahwa iman terbatas hanya pada pembenaran hati yang dikukuhkan lisan, sementara amal sering diabaikan dalam cakupan iman. Kedua, perilaku sufisme yang fatalistik, menafikkan bahwa Islam merupakan agama amal dan perjuangan dalam kehidupan nyata, agama jihad dan pengorbanan untuk menegakkan sistem Rabbani dalam dunia nyata. Ketiga, invasi pemikiran yang dilakukan pihak eksternal yang khawatir bila Islam akan kembali bangkit jika Aqidah umatnya terimplementasi sempurna.
Oleh karenanya, Muhammad Quthb menegaskan bahwa kebangkitan Islam dituntut untuk menghidupkan kembali vitalitas dan efektifitas kalimat “tiada Tuhan selain Allah” seperti dulu, di samping juga membersihkan noda-noda yang mengotori kalimat syahadat ini selama berabad-abad lalu… Dulu kalimat ini berdampak nyata dalam kehidupan umat Islam dan menjadi pelita yang menerangi seluruh umat manusia, sehingga mereka keluar dari kegelapannya, bahkan orang-orang yang belum masuk ke dalam Islam banyak mengambil manfaat darinya… Kalimat syahadat ini terpelihara dalam Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya Saw. karena memang Allah yang bertanggung jawab memeliharanya. Tugas kita adalah membukakan pintu hati kita terhadap kalimat itu dan memenuhi segala tuntutannya. WaLlahu a’lam. (sumber tulisan http://www.bungsucikal.com)

Aqidah sebagai Pegangan


Islam ibarat sebuah bangunan, sedangkan Aqidah merupakan dasar atau pondasi yang urgen (penting) bagi berdirinya bangunan Islam secara keseluruhan, kuat lemahnya bangunan tergantung pada pondasinya. Meskipun bangunan itu terbuat dari besi dan beton, namun jika pondasinya terbuat dari kayu-kayu yang rapuh, maka bangunan yang kuat tadi akan menjadi bangunan yang mudah roboh. Sehingga semakin besar suatu bangunan, maka semakin membutuhkan pondasi yang kuat dan menghunjam ke bumi.
Hal lain yang dapat dipetik dari hakikat ini adalah kita harus membangun pondasi (asas) terlebih dahulu sebelum mendirikan bangunan.
Aqidah yang kuat diumpamakan sebagai pohon yang baik yaitu akarnya menghunjam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, berdiri kukuh, tidak mudah tergoyahkan meskipun diterjang oleh badai, dan pohon itu memberikan buah yang ranum lagi menyenangkan. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Ibrahim:24:

öNs9r& ts? y#øx. z>uŽŸÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhŠsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ
Artinya:Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit(QS. Ibrahim: 24).
Kekuatan Aqidah yang seperti itu akan memancar dari sikap hidup dan perilaku pemiliknya. Semua amal perbuatannya berasas dan berasal dari Aqidah Islam yang merupakan pantulan sinar keimanan dan aplikasi yang nyata atas keyakinan “laa ilaaha illallah”. Sedangkan setiap perbuatan yang tidak bersumber dari Aqidah Islam, maka tidak akan bernilai dan sia-sia belaka. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ibrahim :18.
ã@sW¨B šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. óOÎgÎn/tÎ/ ( óOßgè=»yJôãr& >Š$tBtx. ôN£tFô©$# ÏmÎ/ ßwÌh9$# Îû BQöqtƒ 7#Ϲ%tæ ( žw tbrâÏø)tƒ $£JÏB (#qç7|¡Ÿ2 4n?tã &äóÓx« 4 šÏ9ºsŒ uqèd ã@»n=žÒ9$# ßÏèt7ø9$# ÇÊÑÈ
Artinya:Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang Telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”(QS. Ibrahim: 18)
Dari ungkapan ini, tergambar betapa pentingnya Aqidah dalam kehidupan manusia dan
untuk mewujudkan Aqidah sebagai pegangan hidup, penting bagi kita untuk memilikii pemahaman yang benar terhadap Aqidah, karena kesalahan memahami Aqidah akan berimplikasi pada cara pandang dan menentukan tujuan hidup.
Definisi Aqidah
Aqidah menurut bahasa berasal dari bahasa arab “al-’Aqdu” artinya ikatan (ikatan seseorang dengan suatu peraturan), kepercayaan (kepercayaan seseorang terhadap sesuatu) atau ketetapan (ketetapan seseorang terhadap sesuatu)
Sedangkan menurut istilah adalah keyakinan yang teguh dan pasti, tanpa ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.
Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa Aqidah tidak hanya terpaku pada islam, tetapi seluruh agama dan aliran pasti mempunyai Aqidah. dengan demikian maka Aqidah dibagi menjadi dua; Aqidah yang benar dan Aqidah yang salah.
Aqidah islam adalah keyakinan yang teguh kepada enam hal dalam rukun iman (Allah, malaikat, Rasul, kitab, hari kiyamat dan takdir) dan melaksanakan segala perintah Allah yang tertuang di dalam Alqur’an dan Hadist.
Aqidah Sebagai Pegangan Hidup
Aqidah islam merupakan pondasi dan pegangan hidup pribadi mukmin. Semakin kuat dan kokoh pondasi dan dasar tersebut, pribadi Mukmin akan semakin mantap dan lebih siap untuk menapaki jalan kesempurnaan-Nya.
Kerusakan Aqidah merupakan sumber dan penyebab kerusakan di bidang agama, etika dan sosial,. Untuk membendung dan melenyapkan kerusakan-kerusakan di bidang-bidang tersebut haruslah dimulai dari pembenahan kembali terhadap Aqidah dengan memahami landasan dasar Aqidah islam yang benar.
Sudah kita ketahui bersama bahwa ada enam hal yang menjadi landasan Aqidah islam yang harus dipahami secara sempurna oleh umat islam, yaitu percaya kepada Allah, malaikat, rasul, kitab-kitab, hari kiyamat dan takdir.
Percaya kepada Allah
Allah itu ada
Allah itu esa, tidak ada tuhan selain Allah
Allah memiliki sifat sejati yang terpuji (Penyayang, pemberi, melihat, mendengar dll)
Allah tempat mengadu
Percaya kepada Malaikat
Malaikat adalah makhluk Allah yang gaib
Malaikat tak pernah berbuat dosa
Malaikat yang wajib dikenal hanya sepuluh (jibril, mikail, israfil, izrail, rakib, atid, munkar, nakir, ridwan dan malik)
Percaya kepada Rasul
Rasul adalah pembawa amanat Allah kepada ummat manusia
Ajaran nabi dan Rasul dari adam hingga nabi Muhammad adalah mengajarkan tauhid (tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah)
Nabi dan Rasul yang wajib dikenal hanya ada 25 dan ditutup oleh Nabi Muhammad SAW
Percaya kepada Kitab-kitab Allah
Kitab-kitab Allah ada empat, taurat, injil, zabur dan alqur’an
Tidak ada kitab yang terpelihara keasliannya kecuali alqur’an
Meyakini alqur’an adalah ucapan Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Untuk dijadikan pegangan hidup manusia.
Percaya kepada hari Kiyamat
Kehidupan dunia akan berakhir selamanya
Akhirat lah kehidupan yang sebenarnya
Semua manusia yang meninggal akan dibangkitkan kembali untuk berkumpul bersama di padang mahsyar
Tidak ada yang bisa menolong manusia kecuali amal kebaikannya
Percaya kepada takdir Allah
Allah yang mengatur kehidupan manusia
Berfikir positif dalam takdir Allah, karena “Allah selalu bersama prasangka hambanya”
Berusaha dan berdoa (ikhtiyar dan tawakkal).
Manfaat memiliki Aqidah
1.        Mengenal Allah, malaikat, rasul dan kitab-kitabnya
2.        Memiliki landasan dasar hidup yang pasti
3.        Memiliki motifasi hidup yang kuat
4.        Memiliki orientasi hidup yang jelas
Epilog
Kembalilah kepada Aqidah yang benar dengan kembali mengkaji Aqidah islam demi terwujudnya cita-cita mulia, yaitu menjadi hamba Allah yang bertaqwa. (sumber http://www.bungsucikal.com)

Gerakan Budaya yang Terlupakan


Kritik Kuntowijoyo (Muslim Tanpa Masjid) bahwa Muhammadiyah adalah gerakan budaya tanpa kebudayaan penting menjadi catatan abad kedua nya.Ini terlihat saat Muhammadiyah sekadar meniru Kiai Dahlan tanpa memahami gagasan dan etos gerakannya. Daya kreatif pembaruan bagi kemajuan dan kesejahteraan umat terperangkap birokrasi organisasi, gurita pendidikan dan rumah sakit sehingga terasing dari kehidupan rakyat. Hal serupa dihadapi bangsa ini saat praktik pendidikan nasional menjadi ritual dan kehilangan etos budaya kreatif.
Awalnya, gerakan ini sibuk memberdayakan fakir miskin melalui pendidikan, kesehatan, dan aksi sosial. Seperti tesis Max Weber tentang Etika Protestan dengan paradigma this worldly, aktivis gerakan ini memandang kesalehan surgawi bisa dicapai dengan memajukan dan menyejahterakan rakyat tertindas.
Tahun 1930-an lebih sebagai gerakan kelas menengah kota ketika purifikasi dipahami sebagai pembersihan Islam dari tradisi bermuatan virus TBC (takhayul, bidah, k(c)hurafat). Akibatnya, kian kehilangan nuansa budaya dan terasing dari dinamika kehidupan mayoritas penduduk.
Citra antitradisi secara keras memberantas TBC seperti Wahabi adalah episode generasi kedua sesudah Kiai Dahlan wafat Februari 1923. Posisi Kiai sebagai abdi dalem keraton, yang saat itu menjadi pusat tradisi dan ikon budaya rakyat, tidak mungkin melancarkan kritik dan memberantas tradisi secara terbuka.
Posisi Kiai itu lebih jelas dalam paparan GBPH Joyokusumo, adik Sultan Hamengku Buwono X pada Sidang Tanwir ’Aisyiyah 2002, tentang peran Hamengku Buwono VII dalam kelahiran Muhammadiyah. Rajalah yang memberangkatkan Kiai naik haji, mengganti nama Mohammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan, mendorong Kiai terlibat dalam Budi Utomo. Problem yang dihadapi generasi pendiri bukan tradisi lokal, tetapi penolakan umat terhadap sistem pendidikan dan kesehatan modern, penerjemahan Al Quran ke bahasa Melayu atau Jawa, pembagian zakat, fitrah, dan korban kepada fakir miskin.
Tujuan didirikan Muhammadiyah: a. memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam..., b. memajukan dan menggembirakan cara kehidupan sepanjang kemauan agama Islam.... Kegiatannya meliputi: a. mendirikan dan memeliharakan atau membantu sekolah yang diberi pengajaran agama Islam, lain dari ilmu-ilmu yang biasa diajarkan di sekolah; b. mengadakan perkumpulan sekutu-sekutunya dan orang-orang yang suka datang; ...dibicarakan perkara-perkara agama Islam; c. mendirikan dan memeliharakan atau membantu tempat sembah yang..., yang dipakai melakukan agama buat orang banyak; dan d. menerbitkan serta membantu terbitnya kitab-kitab... sebaran... khotbah, surat kabar ...yang muat perkara ilmu agama Islam, ilmu ketertiban cara Islam dan iktikad cara Islam... tetapi sekali-kali tiada boleh menyalahi undang-undang Tanah di sini dan tiada boleh melanggar keamanan umum atau ketertiban.
Masa itu anggotanya menjadi: anggota biasa, kehormatan, dan donatur. Anggota biasa ialah semua orang Islam, kehormatan ialah yang berjasa besar pada Muhammadiyah, donatur ialah siapa saja tanpa memandang agama dan kebangsaan yang bersedia memberi bantuan.
Sasaran kegiatan Muhammadiyah masa generasi pendiri ialah mengubah cara pandang umat tentang kehidupan duniawi melalui pendidikan, dakwah, penerbitan, pendirian tempat ibadah, penerjemahan Al Quran, penerbitan buku, pelatihan dan pendidikan guru desa dan guru keliling, santunan kesehatan dan ekonomi bagi fakir-miskin. Zakat mal dan fitrah, korban dan infak dikelola secara modern bagi peningkatan taraf hidup rakyat kebanyakan sehingga berkemajuan dan sejahtera. Dengan sendirinya umat akan menanggalkan tradisi TBC diganti ilmu dan teknologi.
Pengelolaan rumah sakit melibatkan dokter-dokter Nasrani Belanda yang bekerja sukarela, sekolah dikelola secara modern guna meningkatkan taraf hidup dan berperan dalam dunia modern. Umat mulai menyadari manfaat bekerja sama dengan semua pihak tanpa melihat agama dan kebangsaan bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Citra gerakan berubah setelah Ahmad Dahlan wafat saat orientasi budaya digeser orientasi legal-formal. TBC diberantas dan bersamaan pembentukan lembaga tarjih tahun 1927. Nuansa budaya tergerus regulasi birokratis berbagai praktik ibadah dan amalan sosial.
Orientasi budaya bisa dibaca dari naskah Tali Pengikat Hidup Manusia, pidato Kiai dalam Kongres 1922 (Almanak Muhammadiyah 1923; lihat The Humanity of Human Life dalam Charles Kurzman Modernist Islam: A Sourcebook).
Bersediakah Muhammadiyah melakukan kritik budaya mengaktualkan kembali peran kreatif ijtihad membela duafa? Saatnya menjawab ”untuk siapa gerakan ini bekerja, untuk anggota atau bangsa dan kemanusiaan?”
Dari sini Muhammadiyah bisa berperan bagi kemajuan bangsa dan pemeliharaan martabat kemanusiaan universal. (http://www.bungsucikal.com)

Rekonseptualisasi Gerakan Ikatan


Indonesia berdiri sebagai negara yang mengembangkan landasan nasionalisme multi etnis, berusaha membangun kesejahteraan rakyatnya melalui bentuk keadilan sosial. Istiah indonesia diperkenalkan oleh George windsor earl awal tahun 1850an yang merujuk pada kata india dan nesos(Greek;pulau). Sehingga istilah indonesia berdasarkan terminologi adalah kepulauan india. Futher india” istilah yang digunakan Inggris dan Nederlands Indies oleh belanda, untuk menunjukkan kawasan ini[1]. Latar belakang kemiripan budaya dengan india menyebabkan negeri ini digandengkan dengan india. Propaganda agama yang dilakukan abad ke-7 melahirkan asimilasi budaya antara india dan indonesia, sehingga membentuk tradisi yang akan melahirkan nilai kebangsaan dan keadilan[2]. Semangat nasionalisme bukanlah suatu hal yang hanya lahir dari ajaran agama, tetapi juga dipegaruhi situasional politik dan kepentingan. Semangat membangun negara satu dengan istilah nusantara yang awalnya digagas oleh kerajaan singosari melalui raja kertanegara serta majapahit melalui mahapatih gajah mada, awalnya ditujukan dalam rangka menghadapi ekspansi kekuasaan cina dan portugis. Perasaan ketidakmauan dijajahlah yang melahirkan nasionalisme, patriotisme serta solidaritas.
Kemerdekaan adalah jembatan emas bagi bangsa kita untuk kehidupan layak. Ada berbagai kendala dewasa ini bagi bangsa yang memiliki jumlah penduduk  200 juta-an (survey mei 2010 menunjukkan diperkirakan jumlah penduduk berkisar 237,6 juta jiwa) untuk menuju kesejahteraan. Berkembangnya penyakit kronik menahun, makin sulitnya mendapatkan pekerjaan, biaya pendidikan yang semakin mahal, kebutuhan hidup yang meningkat, pergolakan kekuasaan dan hegemoni borjuis yang marak serta berbagai degradasi moral yang menimpa rakyat, menjadi sekelumit masalah yang menjadi pakaian negeri ini. Padahal soekarno dalam pidatonya menjelaskan bagaimana pengaruh ketidakpuasan rakyat akan melahirkan gerakan rakyat[3]. Sedangkan dinamika gerakan rakyat dalam ketahanan nasional antara penguatan kerjasama bahu-membahu membangun kesejahteraan atau disintegrasi sebagai wujud ketidakpuasan.
Perkembangan masyarakat yang dibarengi dengan teknologi informasi menciptakan ruang gerak yang luas bagi tumbuhnya peradaban manusia. Peradaban manusia mengalami tiga gelombang perubahan dahsyat yang membawa pengaruh tidak hanya area geografis, ekonomi, kegiatan behavioral, nilai-norma-kebudayaan, ideologi-mindset-world view tetapi juga hubungan sosial-lingkungan dan keTuhanan. Pembagian gelombang agriculture, industrial dan technological membawa pola determinasi nilai kehidupan yang awalnya kerjasama yang didasarkan pada aspek kepercayaan menjadi kontrak dan mutualisme. Persaingan tidak hanya berkisar antar individu tetapi melibatkan komunitas yang akan melahirkan kelas sosial dan status sosial. Orientasi kehidupan yang mulanya dipenuhi sebagai bagian dari kesatuan alam sebagai ciptaan Tuhan, berubah menjadi kesenangan-kemudahan dan kenyamanan[4]. Orientasi kerja yang berubah dari solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organis dengan spesialisasi yang jelas[5]. Batasan-batasan makhluk kini juga mulai terkikis dengan bentukan gelombang baru revolusi biologi genetika dan konvergensi tekhnologi informatika yang akan memperluas area intervensi manusia tidak hanya pada lingkungan tetapi makhluk[6].
Perkembangan masyarakat memiliki pola yang khas dimana detail prosesnya dapat kita amati dalam kehidupan praksis saat ini. Kehidupan agriculture, industrial dan teknologi bercampur dalam kesatuan kehidupan bangsa. Sedangkan pola pengembangannya antara ketiga gelombang saling tarik menarik area pengaruh. Kemudahan dan aksesabilitas menjadi landasan bagi teknologi untuk berkembang, sedangkan keuntungan dan pekerjaan bagi industrial. Kehidupan agriculture akan terus berkembang karena ia menempatkan kebutuhan dasar pangan sebagai pola perkembangannya. Sehingga tiga gelombang yang dinyatakan alvin toffler sebagai perubah dinamika sosial telah melahirkan tiga sistem sosial dimana tumbuh dan berkembang sesuai kondisi(intervensi modal-industri, status politik-kekuasaan, alam-disaster), kemampuan masyarakat dan potensi kehidupan disitu. Asimilasi adaptasi kemudahanlah yang menempatkan kerjasama antara ketiga sistem sosial ini. Walaupun gelombang perubahan akan kita lihat arahnya kearah teknologi tetapi banyak faktor juga yang mempengaruhi pola penetrasinya, sehingga intervensi politik layaknya melihat dengan jeli fenomena ini sebagai bagian yang utuh. Pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya massa dan ukuran dalam kurun waktu, sehingga kebaikan dan keburukan merupakan pilihan dari akhir standar kurun waktu tersebut. Pengetahuan pencegahan, mengajarkan sebelum semuanya terlambat maka prosesnya harus diamati dan dilakukan intervensi. Ada dua area pengamatan sosiologi yang perlu kita tinjau yakni status kategoris; yang menempatkan pribadi berdasarkan asal paling dasar (gender, umur, ras) dan status afiliasi yang menempatkan pola produk sosial sebagai ikatannya( agama, bahasa, budaya). Dua status diatas dijadikan ajang pencegahan secara sosiologis terhadap dampak buruk adanya supra-national entities yang merupakan akibat lahirnya gelombang industrial dan teknologi meliputi Hak azasi manusia internasional, sistem perbankan global, korporasi multinasional[7].
Kelahiran modernitas awal abad 17 ditandai tanda momentual renaissance, enlightenment, reformation, Revolusi amerika dan prancis serta revolusi industri.Perubahan sosial yang signifikan, perpindahan populasi dari komunitas lokal sempit menuju kesatuan kota, pembagian pekerjaan, penggunaan market yang rasional, birokrasi dan nasionalisme merupakan gejala lahirnya demokrasi, kapitalisme, media masa, science dan kesatuan bangsa. Perkembangan modernitas secara ringkas mempunyai dua proyek yakni technical project, kontrol penguasaan semesta dengan teknologi dan social project yang merujuk pada hubungan rekan dan persahabatan melalui fakta sosial yang terdiri dari pengetahuan cara beraksi, berfikir, merasa terhadap bangsa lain. Penguasaan terhadap sosial dan teknikal akan melahirkan negara yang besar, yang punya pengaruh terhadap yang lain. Jika hal ini dilandasi dengan ketidak-puasan serta keinginan kejayaan maka akan melahirkan sikap imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa lain. Kemerdekaan bangsa indonesia secara fisik melahirkan persamaan akan penentuan nasib kedepan yang lebih mulia, tetapi kemerdekaan bukanlah barang kekal. Kemerdekaan adalah sesuatu yang patut untuk dipertahankan atas kesewenang-wenangan, penindasan dan bentuk penghinaan akan bangsa. Penjajahan tidak selamanya menggunakan senjata, tetapi menggunakan cara, mentalitas, serta ketergantungan terhadap penguasa. Perang tidak hanya melibatkan orang dan teknologi tetapi juga perusakan karakter peradaban luhur bangsa.
A.      New age disease dan Patologi sosial
Istilah patologi sosial merunjuk pada pengetahuan mengenai penyakit yang terjadi selami interaksi sosial. Sebagaimana metodologi diagnostik, fenomena yang nampak dalam kehidupan keseharian hanyalah symptom bagi persaan subyektif dan sign untuk gejala obyektif. Fenomena symptomatis yang menunjuk berbagai gangguan diantaranya dalam bidang kesehatan kita akan melihat bergolaknya disability, kesakitan, status gizi yang terjadi bukan hanya karena faktor infeksi tetapi lebih pada penyakit kronis yang disebabkan ketidak ramahan lingkungan dan gaya hidup[8]. Dalam bidang perekonomian dimana kebutuhan hajat hidup semakin meningkat sedangkan adanya lahan pekerjaan semisal lahan pertanian semakin sedikit. Walaupun angka kemiskinan menunjukkan jumlah yang bervariatif, dan kurang menunjukkan signifikasi peningkatan tetapi gejala simptomatis dalam terapi penyakit ini juga harus diobati[9]. Dibidang pendidikan, kini tujuannya menjadi kabur yang dulunya pengetahuan dan semangat kebangsaan kini sekedar pemenuhan status sosial atau dengan bahasa ekstrim disebut  orientasi manipulatif karakter[10]. Dibidang pemerintahan kelakuan korupsi makin menjadi diikuti sikap etika yang semakin menurun dikalangan wakil rakyat ataupun pejabat tinggi negara lainnya. Tentunya kasus-kasus diatas hanya bersifat tukilan yang mampu harus dianalisi lebih detail agar dicapai solusi. Adanya symptom agar tepat diagnosis haruslah ada indikator penilaian,kalau tidak hasil yang didapat hanyalah bersifat palsu (falsifiability)[11].
Pengaruh ekologi kota dalam modernisasi saat ini menempati bangunan penting bagi terciptanya kelas sosial baru dan komunitas baru. Kelas sosial yang tersisih dari seleksi sosial yang akan menjadi kuli, pengangguran, gelandangan, pemulung yang rata-rata mendiami slum area di pinggiran kota. Ada juga pengaruh modernisasi menjadikan peningkatan kelayakan hidup bagi masyarakat yang bertahan(survivor)sehingga menciptakan borjuasi. Perbedaan kelas sosial tidak hanya melahirkan kesejahteraan yang berbeda tetapi juga budaya yang berkembang. Kehidupan fashion, food, style, glamour menjadikan kebutuhan sampingan selain masalah perut bagi kelas sosial tinggi. Sedangkan apresiasi masyarakat slum area lebih cenderung menunjukkan perjuangan kelas dan ekstrim, pendekatan rock, lagu kebebasan, dandanan yang necis-urakan menjadi ciri mereka. Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi tindakan kriminal dan terjadilah chaos. Hal ini dapatlah kita amati dari bangsa kita saat terjadinya reformasi, lumpuhnya berbagai sektor perdagangan dan perekonomian kian mencekam seiring dengan gelombang perubahan. Fenomena chaos dan perjuangan dalam penyakit bisa kita ibaratkan sebagai stroke, dimana ia merupakan komplikasi penyakit vaskuler kronik yang sebelumnya menjangkit penderita dan ditandai dengan tidak berfungsinya separuh tubuh. Jangan sampai tindak modernisasi kota menciptakan pembatasan peran kesejahteraan yang melahirkan dikotomi sosial.
New age disease sebagai kelompok penyakit bagian dari perkembangan penyakit dewasa ini, secara definisi merupakan penyakit yang disebabkan karena proses degenerasi dan penuaan suatu tubuh. Suatu bangsa bisa mengidap penyakit ini yang sifatnya kronik. Poverty yang sifatnya transient karena krisis ekonomi ataupun gejolak sosial jika tidak tertangani akan melahirkan chronic poverty. Dalam kelompok New age disease penyakit demensia juga diidentifikasi mulai nampak pada masyarakat kita. Perlu diingat penyakit demensia ada yang sifatnya benign yakni awal dimana peristiwa-peristiwa dekat sulit diidentifikasi, dan juga demensia alzheimer dimana seseorang hanya mampu mengingat masa kecilnya, tidak mengenal kehidupan sekelilingnya bahkan namapun terkadang lupa. Arus teknologi dan informasi dan pergolakan budaya asing lewat fashion, food, music, style,glamour,club,film harus dicermati secara baik dan bijak agar rasa nasionalisme, nilai pancasila, semangat UUD 1945 dan pengetahuan falsafah leluhur bukan menjadi ingatan lampau yang dilupakan. Bahkan dimungkinkan sekali identitas sebagai bangsa indonesia akan dilupakan sebagai tanda demensia alzheimer sosial.
B.       New social movement antara perubahan sosial dan gerakan organisatoris
1.      Prasyarat nilai, ide dan praksis organisasi
Gerakan sosial mengambil peranannya dalam perubahan pola determinasi masyarakat melalui intervensi sekelompok personal. Perubahan sosial dalam lingkupnya bisa dibagi menjadi dua area yakni are individual dan society. Sedangkan masing-masing area tersebut dibagi lagi menjadi perubahan yang sifatnya total atau parsial. Dalam sudut pandang society maka perubahan dibagi menjadi reformative(perubahan partial) dan transformative(perubahan total). New social movement ditandai dengan perubahan sosial dimana terangkum dalam 3 entitas diantaranya; nilai transformative, identitas personal dan simbol[12]. Simbol tidak hanya dimaknai lambang tetapi juga bahasa, semboyan, bendera bahkan sandi. Pengaruh simbol dalam perjuangan sosial dimaksudkan sebagai visualisasi misi dan harapan ke depan. Pengetahuan dan telaah mengenai simbol saat ini penting dilakukan sebagai jembatan pendidikan makna dasar harapan kedepan. Jasad organisasi sebagai pelaku perubahan harus mampu menciptakan semboyan-semboyan perjuangan bagi para anggota didalamnya.
Pembangunan identitas personal bagi kader organisasi merupakan hal penting. Personality (Inggris) atau persona(Latin) yang berarti topeng ,bukanlah menjadikan seseorang berwajahkan topeng menipu sana-sini tetapi topeng yang dimaksud disini adalah karakter, watak, sifat yang khas, yang unik. Identitas dimakanai sebagai jati diri yang membedakan dirinya dengan orang lain[13]. Jadi chracter building harus mampu ditampilkan oleh kader-kader ikatan. Penguatan karakter kader harus berlandaskan ideologis. Jarang kita memahami bahwa ideologi mempunyai dua sifat yakni filosofis dan praksis. Secara filosofis Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas cukup mampu membawa gerakan IMM terdiferensiasi yang diterjemahkan ketataran cabang struktural dibawahnya. Dilain sisi, ideologi praksis yang menjadi tujuan praksis selama kurun waktu tertentu belum terlalu mampu diterjemahkan. Standarisasi dan metodologis sistematis berdasarkan analisis sosial dan kondisional, belum mampu terbentuk agar tercipta parameter yang jelas mengenai apa targetan dan jangka waktu mencapainya. Setelah mampu menciptakan ideologi praksis gerakan maka dijadikanlah simbol kader IMM dalam tataran kata penyemangat, simbol praksis atau lagu.
Transformatif mengambil makna perubahan yang sifatnya total dan ruang lingkup society merupakan targetan gerakan. Dalam pelaksanaannyanya area social dan kolektif-organisasi, harus mampu dipahami dengan benar. Nurani kolektif (Collective Conscience) dan kebiasaan kolektif (Collective Behaviour) merupakan dua syarat yang harus dipenuhi agar perubahan transformatif mampu tercipta. Menumbuhkembangkan nurani yang sifatnya kolektif merupakan rangkaian dari pola pembinaan kader dalam menyadari hakikat hidup, kesadaran personal dan tumbuhnya sikap. Pola pembinaan kader berdasarkan ideologi filosis(Religiusitas, Intelektualistas, Humanitas) melalui berbagai jalan dan salah satu tugas pimpinan ikatan disini membuka kesempatan serta terbukanya ruang publik bagi tumbuhkembangnya diskusi, silaturahim, rembug bareng serta perlekatan kehidupan sosial (praksis kemasyarakatan). Kebiasaan kolektif melalui perilaku keseharian diterapkan sesuai dengan kondisi culture serta landasan keilmuan bagi grass root komisariat. Setelah kebiasaan kolektif dan nurani kolektif, dimiliki kader maka langkah selanjutnya menjadikan mereka agent of change bagi lingkungan melalui perlekatan sosial yang diharapkan.
2.      Diversifikasi struktural-fungsional     
Sebuah organisasi tidak akan berkembang secara pesat tanpa didukung pembagian kerja yang jelas. Organisasi  Struktur organisasi tercipta dengan sistematika area kerja serta target sasaran demi terwujudnya cita-cita organisasi. Pola kerjasam yang tercipta dalam suatu organisasi merujuk pada strategi perwujudan misi. Pengembangan organisasi sesuai dengan kondisi(waktu), informasi, Resources, knowledge[14]. Pengetahuan bagi organisasi sebagai pijakan kebijakan kedepan, terkait strategi dan arah gerak tepat sasaran. Pemanfaatan sumberdaya menjadi permasalahan khusunya organisasi yang mengembangkan cabang serta yang terdiri dari kesatuan unit kultur-etnik. Sumberdaya mahasiswa sebagai basis intelektualisme menjadi pergolakan permasalahan. Keseragaman materi serta arah pengembangan organisasi tanpa memandang kultur-etnik pijakannya, maka lama kelamaan terjadilah penolakan masyarakat dan matinya organisasi tersebut. Hal tersebut dikarenakan karena metode serta arah manajemen yang salah[15]. Basis intelektual-fakultas telaah ilmu, menempatkan metodologi dan pendekatan sesuai dengan pengembangan science tersebut. Walaupun arah targetnya sama, penggunaan berbagai karakter keilmuan akan melahirkan komprehensivitas analisis yang melahirkan keberagaman manfaat. Pergerakan yang berbasiskan ilmu dan pendekatan tekhnologikal menempatkan azas kegunaan sebagai pendekatan target sosial perubahan.
Decision making salah satu hal yang harus dimiliki dalam kepemimpinan. Pengaruh informasi dan kondisi menempatkan pemimpin dalam menyerap informasi yang ada kemudian diterapkannya kemana laju organisasi akan diarahkan. Perang kekuasaan dan tarik-menarik pengaruh, menempatkan organisasi harus sigap dan berusha menanamkan pengaruhnya. Pembagian kerja dalam pencapaian tujuan organisasi, hendaknya dievaluasi sesuai agenda dengan mekanisme yang disepakati. Penguatan organisasi melalui struktur kekuasaan yang jelas, interaksi sosial, kebiasaan kolektif akan menjadikan kerjasama sosial antaranggota maupun atara anggota dan masyarakat taget. Hubungan kerjasama sosial-organisasi, jika berlangsung harmonis akan menempatkan organisasi itu dalam struktur sosial masyarakat dan jika diikuti dengan proses sosial maka akan lahilah produk sosial sebagai tanda bahwa organisasi tersebut merupakan bagian penggerak dan penting dalam terbentuknya unsur material sebagai contohnya masyarakat yang mulanya tidak ada listrik dengan keberadaan organisasi tersebut muncullah listrik bagi semua, atau dulunya tidak ada koperasi industri kecil sekarang muncul koperasi tersebut. Sedangkan unsur non-material menempatkan budaya sebagai produk unggulan yang terdeterminasi melalui bahasa, nilai, norma, adat kebiasaan bahkan kepercayaan dan agama.
C.       Peranan Organisasi dalam pencapaian negara kesejahteraan (Welfare state)
Masyarakat yang adil dan makmur merupakan harapan bagi setiap individu yang mengaku sebagai rakyat di setiap negara. Pendekatan yang digunakan tiap negara dalam mewujudkan cita-citanya dengan berbagai macam ada yang menggunakan pendekatan konstitusional, pendekatan musuh sosial ataupun penguatan pelayanan sosial[16]. Negara kesejahteraan memainkan peranan dalam proteksi dan promosi terkait ekonomi dan kehidupan sosial yang sejahtera yang berdasarkan pada persamaan kesempatan, distribusi kelayakan hidup dan tanggung jawab publik terhadap mereka yang kurang mampu agar hidup yang baik [17]. Peranan organisasi kepemudaan dalam pembangunan kesejahteraan bangsa utamanya membentuk pribadi-pribadi yang paham dan mengerti akan negerinya, serta mampu berperan dalam proses pembangunan agar tercipta kehidupan yang lebih baik. Pembangunan yang dilakukan secara gethok-tular secara intensif akan mampu merubah sikap negatif yang menghambat kemajuan. Dibantu dengan kerjasama solidaritas antar anggota maka targetan sosial yang diharapkan, akan lebih terealisisr. Hal tersebut penting sekali dalam, penerapan teori sosiologi secara sederhana[18]. Sejarah Bangsa mencatat bagaimana peranan organisasi kepemudaan mampu menumbuhkan semangat perjuangan, kesetaraan serta pendidikan ke masyarakat. Sebagai pemuda-pemuda penerus tambuk perjuangan, maka semangat yang ada diambil dengan pendekatan situsional dan belajar dari pendahulu kita.
Implementasi gerak yang dilakukan oleh IMM selayaknya melihat kondisi sosio-antropologis area geraknya. Modernitas yang menimbulkan berbagai efek sosial, tidak harus disikapi melalui strategi yang sama. Kehidupan IMM di kota besar dan kota periferal jelas berbeda dalam pengambilan perannya. Proses sosial dalam setiap tahapnya akan terlihat jelas dan adanya bukti dilain area. Walaupun gelombang perubahan peradaban manusia ada beberapa, tetapi setiap stepnya bisa diamati di lain masyarakat. Sebagai contohnya masyarakat agriculture bisa kita amati didaerah pedalaman negara ini, masyarakat industrial bisa kita amati didaerah perindustrian kawasan berikat, masyarakat terkhnologi akan kita lihat dalam masyarakat megapolis. Jadi dimanapun IMM berada dan sayap-sayap sudah digepakkan maka ia harus mampu membaca situasi dengan tepat agar kerja dan energi yang dikeluarkan mampu dirasakan sesama manfaatnya. Pengaruh-pengaruh buruk akibat proses modernasi dan berkembangnya peradaban manusia harus menjadi perhatian bagi organisasi. Moralitas dan rasa cinta terhadap bangsa mulai luntur termakan budaya hedonisme, oportunisme serta kesejahteraan pribadi. Moral Force dan penguatan bangsa menjadi satu hal mahal saat ini untuk membangun bangsa lewat organisasi[19].
Agama dan unsur rohaniah saat ini penting sebagai ajaran yang mengedepankan kesejahteraan sosial. Muhamadiyah memberikan contoh bagaimana semangat agama mampu dibawa keranah perbaikan kehidupan sosial yang lebih baik[20]. Konsepsi tauhid yang utuh membawa arah tujuan hidup yang mengutamakan kecintaan kepada Allah. Hal ini membawa konsekuensi bahwa nilai-nilai yang mencondongkan pengabdian ke sisi selain itu harus dikikis. Harta yang menjadi bentuk lain tuhan sebagai latar belakang timbulnya masyarakat kapitalis, ditentang dalam islam. Islam mengajarkan untuk bekerja keras serta membantu kehidupan sesama, bahkan perjuangan akan ketertindasan juga diajarkan dalam agama ini[21]. Semangat bekerja keras dan filosofi bangsa dipraktekan bangsa cina menjadikan bangsa ini raksasa industri dan punya peranan dalam tata pasar dunia. Nilai moral, semangat kerjasama, sosial-kemanusiaan, kemandirian serta menjadi manusia yang taat beragama merupakan misi-misi yang harus disebarluaskan kepada anggota organisasi dan masyarakat, sehingga perubahan masyarakat mampu tercipta secara signifikan dan harapan hidup kedepan yang lebih baik menjadi satu hal realistis dengan semangat tauhid yang penuh. 


DAFTAR PUSTAKA
Koesworo, E. 1991. Teori-teori kepribadian: Psikoanalisi, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: Penerbit PT Eresco.
Wertheim, WF. 1999. Masyarakat indonesia dalam transisi. Yogyakarta: PT Tiara wacana yogya.
Engineer, Asghaf Ali. 1999. Islam dan teologi pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brown, Colin. Short History of Indonesion, .2003. The unlikely nation?. Singapore: South Wind Productions.
Arnold toynbee. 2007. Sejarah Umat Manusia(Uraian analitis, Kronologis, naratif dan komparatif)—judul asli: mankind and mother earth(a narrative history of the world). Baca bab 58 India dan asia tenggara hal 533-541.yogyakarta: Cetakan ke IV, Pustaka Pelajar.
Neil Thomas. Handbook of management and leadership. Chapter 3 decision making and problem solving.p.41-55. India: replika press
Stoley, Kathy S .2005. basic sociology. mengenai  social movement.p.179-200.USA:  Greenwood Press
James Quayle Dealeylester dan Lester Frank Ward. 1905. Textbook of Sociology. The Science of Sociology. The Macmillan Company. London: Macmillan dan Co., Ltd. p.6
Karl popper. 1992. The logic of scientific discovery(Routledge, 1992) chapter 4;  falsifiability.p.57-73
Elson,R.E. .Constructing the Nation: Ethnicity, Race, Modernity and Citizenship in Early Indonesian Thought. Asian Ethnicity, Volume 6, Number 3, October 2005.p.145-160
Toeffler, Alvin. 1971.Future shock. USA: Bantam Books
Toeffler, Alvin. 1980. The third wave. USA: Bantam Books
Suharto, Edi. 2006. Peta dan dinamika welfare state di beberapa negara. Seminar “Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State dan Terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi di Indonesia”, Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa Jakarta, bertempat di Wisma MM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 25 Juli 2006.
Sunarso. 1996.Kemajemukan Etnik di Indonesia(sebuah resiko atau potensi). Cakrawala pendidikan Nomor 3, TahunXV, November 1996.p.13-22
Kesehatan Indonesia dalam gambar. 2005. Departemen Kesehatan republik indonesia- pusat data dan informasi tahun 2005. Jakarta


[1] Colin Brown. Short History of Indonesion, The unlikely nation?.2003. South Wind Productions, Singapore
[2] Arnold toynbee. Sejarah Umat Manusia(Uraian analitis, Kronologis, naratif dan komparatif)—judul asli: mankind and mother earth(a narrative history of the world). Baca bab 58 India dan asia tenggara hal 533-541.Cetakan ke IV, Pustaka Pelajar, 2007
[3] “kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena kita ingin hidup lebih layak dan sempurna. Kita bergerak tidak karena”ideaal” saja, kita bergerak karena ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup minimum seni dan cultuur. Pendek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib didalam segala bagian-bagiannya dan cabang-cabangnya(soekarno). Disampaikan dalam dua kali kegiatan, pertama tahun 1930-an dan amanat peringatah HUT RI 1959 yang erjudul  “penemuan kembali revolusi kita”(Rediscovery of our revolution)”.
[4] Dr. Qadar Bakhsh Baloch&Dr. Nasir Kareem. Book Review; The third wave by alvin toffler. Journal of managerial science. Qadar Bakhsh Baloch.p.115-143
[5]James R. Lincoln,  Durkheim and organizational culture melalui Division of labor in society.2004.University of california
[6] Mercury News Staff Writer Miranda Ewell. Toffler Interview: Information Technology Seen as Power to Workers.
[7] American sociological association, 2010-2011 “ Toward a sociology of citizenship”
[8] Kesehatan Indonesia dalam gambar. Departemen Kesehatan republik indonesia- pusat data dan informasi tahun 2005.
[9] Berita Resmi statistik No. 47/IX/1 septemper 2006. Tingkat kemiskinan Indonesia tahun 2005-2006. Tahun 1998 akibat krisis ekonomi, angka kemiskinan indonesia mencapai 49,5 juta jiwa. Tahun 1999,2000,2001,2002, 2003,2004,2005,2006 berturut-turut 47.97, 38.7, 37.9, 38.4, 37.3, 36.1, 35.1, 39.05 juta jiwa.
[10] “Zuly kodir, Litbang pimpinan Wilayah Muhammadiyah. Kompas, Jumat 6 Juni 2003,h.4, kolom 3-5....sebenarnya dunia pendidikan kita dimasa datang bukan lahan paling baik untuk membangun karakter bangsa. Bahkan pendidikann kita bisa menjadi lahan paling subur menumbuhkan manusia-manusia bermental politisi, manipulatif dan mungkin pendendam.
[11] Karl popper dalam The logic of scientific discovery(Routledge, 1992) chapter 4;  falsifiability .
[12] Baca Kathy S. Stoley .2005. basic sociology. mengenai  social movement.p.179-200.USA:  Greenwood Press
[13] Baca lebih lanjut mengenai teori kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik(E.Koeswara,1991).Bandung: penerbit PT Eresco.
[14] Baca lebih lanjut Neil Thomas. Handbook of management and leadership. Chapter 3 decision making and problem solving.p.41-55. India, replika press
[15] James Quayle Dealeylester & Lester Frank Ward. Textbook of Sociology. The Science of Sociology. The Macmillan Company. London: Macmillan & Co., Ltd. 1905. p.6
[16] Baca Edi Suharto, “Peta dan Dinamika Welfare State di berbagai negara(pelajaran apa yang bisa dpetik untuk membangun indonesia). Makalah disampaikan pada Seminar “Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State dan Terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi di Indonesia”, Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa Jakarta, bertempat di Wisma MM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 25 Juli 2006.
Pendekatan konstitusional diperkenalkan Betham akan gagasan reformasi hukum, peranan konstitusi dan penelitian sosial bagi pengembangan kebijakan sosial. Di Inggris dan AS ide beveridge mengenai permasalah sosial dan menggunakan sistem alih asuransi mulai dikembangkan. Penguatan pelayanan sosial ada yang diberikan secara penuh, residual dan korporasi. Hampir setiap negara memngadopsi pendekatan secara beraneka ragam dengan konsentrasi tertentu.
[17] Istilah ini diambil dari britanica encyclopedia secara online
[18] Baca Nazrul Islam And M.Imdadul Haque. End Of Sociological(Theory Implications And Lessons For Bangladesh).
[19] lewat Francis Fukuyama melalui bukunya state building menyuarakan negara harus diperkuat, diambil dari makalah”Islam dan Negara Kesejahteraan” dalam acara DAP IMM tahun 2008, 18 januari 2008 oleh Edi Suharto
[20]Sutarmo. Muhammadiyah Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis.2005.suara muhammadiyah
[21] Baca hasan ali engineer. islam dan teologi pembebasan. Bab VI islam dan tantangan kemiskinan.p.87-1116.pustaka pelajar
(Sumber: Tulisan Pigur A Miswanto Peserta DAM Sukoharjo)

BERITAHU TEMAN

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites