Apa itu Islam?

Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjadi. petunjuk bagi manusia dalam kehidupan dunia dan akherat. Al-Qur'an sebagai mu’jizat yang terbesar diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan sebagai petunjuk bagi umat manusia, seluruhnya mengandung berbagai macam ajaran dan persoalan yang dibutuhkan mereka untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. 
Sebuah kita suci yang tidak akan pernah ketinggalan zaman, tapi justru akan selalu selaras dan serari dengan zaman. Intepretasi terhadap Al-Qur’an boleh berubah-rubah dan berbeda-beda namun substansi dari isi kandungan Al-Qur’an tidak akan pernah berubah. Sehingga Al-Qur’an selalu relevan untuk dibaca dan di kaji oleh setiap zaman, tidak terlepas dari suku dan ras.
Berbagai fenomena yang terjadi di alam sudah diisyaratkan jauh hari oleh Al-Qur’an namun manusia kadang tidak mempu membacanya secara hati bersih. Kadang ayat-ayatnya sering diperjual belikan demi keuntungan sesaat, tapi hal ini tidak mengurangi kesucian Al-Qur’an itu sendiri.
Makna Islam Dalam Al-Qur’an

Artinya :  “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa, karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Maidah: 3)
            Surat Al-Maidah ayat 3 ini menjelaskan sesuatu yang dulu masih samar-samar hukumnya manjadi sangat jelas. Dalam ayat ini Allah menjelaskan sepuluh macam yang dilarang oleh Allah SWT diantaranya :
1.    Bangkai
Menurut ‘Uruf, yang dimaksud bangkai ialah binatang yang mati sendiri, bukan karena diapa-apakan oleh seseorang. Sedang menurut syara’, ialah binatang yang mati tanpa disembelih oleh seseorang supaya bias dimakan[1].
Kecuali duajenis bangkai yaitu belalang dan Ikan untuk kedua jenis binatang ini Allah memberikan pengecualian. Imam syafi’i meriwayatkan secara marfu’ dari Ibnu Umar, dia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda :
Dihalalkan bagimu dua jenis bangkai dan dua jenis darah. Dua bangkai itu ialah ikan dan belalang. Dan dua darah itu ialah hati dan limpa.” (HR Syafi’i)[2]
2.    Darah
Yang dimaksud ialah darah yang tertumpah (mengalir), yakni darah cair yang sudah ditumpahkan dan dikeluarkan dari tubuh binatang, sekalipun sesudah itu kemudian mengental. Lain halnya darah yang aslinya memang sudah kental, seperti anak limpa dan hati, dan darah yang biasanya masih ada di sela-sela daging sesudah disembelih. Itu tidak termasuk yang disebut darah yang mengalir (damam masfuhan)[3].
3.    Daging Babi
Daging babi diharamkan, karena (hikmahnya, pen). Memuat bahaya dan menjijikan, sebab babi senang dan suka pada tempat-tempat yang kotor[4]. Kemudian akhir-akhir ini ditemukan bahwa daging babi itu mengandung lemak yang sepuluh kali lipat dari daging sapi. Yang sulit dicerna oleh tubuh, selain itu didalamnya juga mengandung bakteri atau virus yang sulit dimatikan dan apabila dimakan maka akan tumbuh cacing pita dalam tubuh kita yang panjangnya mencapai 8 m lebih. Itulah sebagian hikmah diharamkannya daging babi.
4.     Binatang yang Disembelih tidak Atas Nama Allah
Ialah binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah Ta’ala. Umpanya, dengan menyebut mahluk-mahluk yang diagungkan oleh manusia secara ritual, dan mereka sembelih korban untuknya[5].
5.     Binatang yang Tercekik
Ialah binatang yang tercekik, apakah tercekiknya itu karena talinya terlalu ketat, atau karena kepalanya masuk ke celah sempit, sehingga tak bias keluar lagi, lalu tercekik sampai mati[6]
6.   Binatang yang Mati Dipukul
Ialah binatang yang dibunuh dengan pukulan tongkat atau batu yang tidak punya ketajaman, sampai mati tanpa disembelih[7].
7.   Binatang yang Mati Jatuh
Ialah binatang yang mati dari tempat tinggi, seperti dari atas gunung, atau jatuh ke tempat rendah, seperti sumur dan semisalnya, lalu mati[8]
8.   Binatang yang Mati ditanduk
Ialah binatang yang ditanduk oleh binatang lain sampai mati akibat tandukan itu, tanpa andil manusia dalam mematikannya[9]
9.   Binatang yang Mati Karena Terkaman Binatang Buas
Yakni, binatant yang mati diterkam binatang buas, seperti singa, srigala, macan dan lain-lain yang hendak memangsanya[10]
10. Binatang yang Disembelih untuk Berhala
Yaitu untuk batu (patung) di sekitar ka’bah, yang jumlahnya 360 buah. Orang-orang jahiliyyah, kalau menyembelih binatang, mereka sembelih disana, dengan anggapan bahwa termasuk qurban atau cara mendekatkan diri kepada Tuhan[11]
Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang sesuatu yang penting bagi Nabi Muhammad SAW dan bagi seluruh umat Islam, bahwa Allah telah menyempurnakan agama Islam dan telah mencukupkan nikmat-Nya, serta telah ridha agama Islam menjadi agama umat manusia. Dengan di awali perintah menjauhi segala larangan-Nya. Menghindari larangan-larangn ini hanya dapat dilakukan oleh siapa yang mantap dalam keberagamaannya, memiliki tekad yang kuat, tidak mengarahkan pandangan kepada selain-Nya, serta tidak pula memiliki keinginan untuk membangkang[12].
Islam meupakan agama samawi yang memiliki banyak keistimewaan, dalam Al-Qur’an kata Islam sering diidentikan dengan kata Din atau Ad-din. Kalau ditinjau dari arti kata din berarti agama dan pembalasan, seakar dengan kata dain yang berarti utang. Kesemuanya terdiri dari tiga huruf yaitu dal, ya, dan nun. Menurut pakar-pakar bahasa, rangkaian ketiga huruf  tersebut menggambarkan hubungan antara dua pihak, dimana salah satu memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang lain. Agama adalah hubungan antara manusia dengan Allah. Kedudukan manusia jauh lebih rendah dari Allah[13].
Di antara keistimewaan agama Islam adalah namanya. Berbeda dengan agama lain, nama agama ini bukan berasal dari nama pendirinya atau nama tempat penyebarannya. Tapi, menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya terhadap Allah. Yang menamakan Islam juga bukan seseorang, bukan pula suatu masyarakat, tapi Allah Ta'ala, Pencipta alam semesta dan segala isinya. Jadi, Islam sudah dikenal sejak sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. dengan nama yang diberikan Allah.
Islam adalah agama yang telah semupurna dan yang memberikan predikat sempurna itu sendiri langsung dari Allah. Kata “Islam” muncul dalam Al-Qur’an sediri, dan kaum muslim bersikukuh menggunakan istilah ini untuk mengacu pada system iman mereka[14] Hal ini berbeda dengan agama-agama lain yang bersifat parsial dan hanya berlaku untuk satu kaum dan pada waktu tertentu. Melihat seperti itu harusnya Islam menjadi sebuah solusi atas berbagai masalah yang timbul, seperti ketika pertama kali Islam diperkenalkan oleh Rasulullah SAW kepada penduduk Mekkah. Namun kadang Islam dipandang sebagai penyebab munculnya masalah, Islam tidak dapat dipandang sebagai penyebab utama persoalan ini atau sebagai sumber pemecahan yang niscaya[15].
Ketika membicarakan ajaran agama yang sempurna hanya ada pada agama Islam. Maka kita tidak boleh menambah ataupun mengurangi apa yang ada dalam ajaran Islam.  Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tiada perkara halal kecuali yang telah dihalalkan-Nya, tiada perkara yang haram kecuali telah diharamkan-Nya, dan tiada agama kecuali yang telah disyariatkan-Nya. Setiap perkara yang diinformasikan olehnya merupakan kebenaran dan kejujuran, tiada mengandung dusta dan kekeliruan[16]
Keyakinan bahwa Islam adalah agama yang universal sudah lama tertanam dalam diri setiap muslim. Sifat dan cirri-ciri ajaran Islam yang ditarik dan dipahami dari kumpulan berbagaia argumentasi keagamaan, cukup banyak antara lain: 1) Rabbaniyah; 2) Al-Syumul (keumuman); 3) Al-Waqi’iyah (berpihak pada kenyataan objektif manusia)[17]
            Islam berasal dari kata salima, yuslimu, istislaam (artinya, tunduk atau patuh) selain yaslamu, salaam (yang berarti selamat, sejahtera atau damai). Menurut bahasa Arab, pecahan kata Islam mengandung pengertian:
1)      Islamul wajh (Ikhlas menyerahkan diri kepada Allah QS. An-Nisaa :125):
Artinya : ”Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”
2)      Istislama (Tunduk secara total kepada Allah QS. Al-Imran : 83):
Artinya : “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”.
3)      Salaamah atau Saliim (suci dan bersih QS. Asy- Syu’araa : 89):
Artinya : “kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.
4)      Salaam (Selamat sejahtera QS. Al-Anam : 54):
Artinya : “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
5)      Silm (Tenang dan damai QS. Muhammad : 35).
Artinya : “Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu”
               Secara rinci Islam dapat kita artikan: tunduk dan menerima segala perintah dan larangan Allah yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul yang terhimpun di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Manusia yang menerima ajaran Islam disebut muslim. Seorang muslim mengikuti ajaran Islam secara total dan perbuatannya membawa perdamaian dan keselamatan bagi manusia. Dia terikat untuk mengimani, menghayati, dan mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah. Kalimatul Islam (kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat didefinisikan secara terpisah. Bila dipahami secara menyeluruh merupakan pengertian yang utuh.
1.   Islam adalah Ketundukan
Allah menciptakan alam semesta, kemudian menetapkan manusia sebagai hamba-Nya yang paling besar perannya di muka bumi. Manusia berinteraksi dengan sesamanya, dengan alam semesta di sekitarnya, kemudian berusaha mencari jalan untuk kembali kepada Penciptanya. Tatkala salah berinteraksi dengan Allah, kebanyakan manusia beranggapan alam sebagai Tuhannya sehingga mereka menyembah sesuatu dari alam. Ada yang menduga-duga sehingga banyak di antara mereka yang tersesat. Ajaran yang benar adalah ikhlas berserah diri kepada Pencipta alam yang kepadaNya alam tunduk patuh berserah diri. (QS. An-Nisaa :125) Maka, Islam identik dengan ketundukan kepada sunnatullah yang terdapat di alam semesta (tidak tertulis) maupun Kitabullah yang tertulis (Al-Qur’an).
2.   Islam adalah Wahyu Allah
Dengan kasih sayangnya, Allah menurunkan Ad-Dien (aturan hidup) kepada manusia. Tujuanya agar manusia hidup teratur dan menemukan jalan yang benar menuju Tuhannya. Aturan itu meliputi seluruh bidang kehidupan: politik, hukum, sosial, budaya, dan sebagainya. Dengan demikian, manusia akan tenteram dan damai, hidup rukun dan bahagia dengan sesamanya dalam naungan ridha Tuhannya. (QS. Al-Baqarah: 38) Karena kebijaksanaanNya, Allah tidak menurunkan banyak agama. Dia hanya menurunkan Islam. Agama selain Islam tidak diakui di sisi Allah dan akan merugikan penganutnya di akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya Ad-Dien yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Al-Imran : 19) Sebab, Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara murni. Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada para Rasul-Nya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan mengajak kepada ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain seperti Yahudi dan Nasrani adalah penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa oleh para nabi tersebut.
3.   Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul
Perhatikan kesaksian Al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim adalah muslim, bukan Yahudi atau pun Nasrani. (QS. Al-Baqarah : 132) Nabi-nabi lain pun mendakwahkan ajaran Islam kepada manusia. Mereka mengajarkan agama sebagaimana yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Hanya saja, dari segi syariat (hukum dan aturan) belum selengkap yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tetapi, ajaran prinsip-prinsip keimanan dan akhlaknya sama. Nabi Muhammad SAW, datang menyempurnakan ajaran para Rasul, menghapus syariat yang tidak sesuai dan menggantinya dengan syariat yang baru. (QS. Al-Imran : 84) Menurut pandangan Al-Qur’an, agama Nasrani yang ada sekarang ini adalah penyimpangan dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Isa a.s. Nama agama ini sesuai nama suku yang mengembangkannya. Isinya jauh dari Kitab Injil yang diajarkan Isa a.s.. Agama Yahudi pun telah menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Musa a.s.. Diberi nama dengan nama salah satu Suku Bani Israil, Yahuda. Kitab Suci Taurat mereka campur aduk dengan pemikiran para pendeta dan ajarannya ditinggalkan.
4.   Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Orang yang ingin melihat Islam hendaknya melihat Kitabullah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Keduanya, menjadi sumber nilai dan sumber hukum ajaran Islam. Islam tidak dapat dilihat pada perilaku penganut-penganutnya, kecuali pada pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabat beliau. Nabi Muhammad SAW, bersifat ma'shum (terpelihara dari kesalahan) dalam mengamalkan Islam. Beliau membangun masyarakat Islam yang terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad SAW yang langsung terkontrol perilakunya oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi, para sahabat Nabi tidaklah ma'shum bagaimana Nabi, tapi mereka istimewa karena merupakan pribadi-pribadi didikan langsung Nabi Muhammad SAW. Islam adalah akidah dan ibadah, tanah air dan penduduk, ruhani dan amal, Al-Qur’an dan pedang sebagaimana telah dibuktikan dalam hidup Nabi, para sahabat, dan para pengikut mereka yang setia sepanjang zaman.
5.   Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus
Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup bagi seorang muslim. Baginya, tidak ada agama lain yang benar selain Islam. Karena ini merupakan jalan Allah yang lurus yang diberikan kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah. (QS. Al-An’aam :153; Al-Jatsyiyah :18)
6.   Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat
Sebagaimana sifatnya yang bermakna selamat sejahtera, Islam menyelamatkan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Keselamatan dunia adalah kebersihan hati dari noda syirik dan kerusakan jiwa. Sedangkan keselamatan akhirat adalah masuk surga yang disebut Daarus Salaam. Allah menyeru (manusia) ke Daarus Salaam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. Yunus : 25) Dengan enam prinsip di atas kita dapat memahami kemuliaan dan keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad SAW. bersabda, "Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya." Sebagai ajaran, Islam tidak terkalahkan oleh agama lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran hidup yang lain. Allah sendiri memberi jaminan[18]
Kesimpulan
Islam merupakan agama yang sangat lengkap, ditinjau dari sisi manapun Islam memiliki kebenaran yang hakiki. Untuk melihat Islam haruslah membaca kitab sucinya supaya menemukan makna Islam yang sejati. Agama Islam tidak bisa disimpulkan dengan prilaku umat Islam itu sendiri akan tetapi harus diliahat dari prilaku Rasulullah SAW. Semoga kita bisa menjadi Islam yang sejati dan bisa menularkan ajaran Islam kepada semua umat manusia
Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1970. Tafsir Al-Maraghi. Semarang. Toha Putra
Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 2007: Tafsir Ibnu Katsir.  Jakarta. Gema Insani
Lee, Robert D. 2000: Mencari Islam Autentik. Bandung. PT. Mizan
Nur, Aus Hidayat. 2004: Makna Islam. Bandung. DPW PKS Jawa Barat
Shihab, M. Quraish. 2008: Tafsir Al-Misbah. Jakarta. Lentera Hati
Shihab, M. Quraish. 2009: Membumikan Al-Qur’an. Bandung. PT. Mizan
Smith, Wilfred C. 2004: Memburu Makna Agama. Bandung. PT. Mizan



[1] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 89
[2] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 2 Hal 16-17
[3] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 89
[4] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 90
[5] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 90-91
[6] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 91
[7] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 92
[8] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 93
[9] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 94
[10] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 94
[11] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Volume 8 hal 95
[12] M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah. Volume 3 hal 21
[13] M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah. Volume 3 hal 24
[14] Wilfred C. Smith. Memburu Makna Agama. Hal 135
[15] Robert D. Lee. Mencari Islam Autentik. Hal 219
[16] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 2 hal 26
[17] M.Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an. Hal 331
[18] Aus Hidayat Nur. Makna Islam. Hal 10-15


BERITAHU TEMAN

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites