Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah
jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari
konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang
ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh–sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani (M. Alfan Alfian, 2010:)
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas ( Field Manual 22-100).
Pendapat beberapa ahli tentang arti
kepemimpinan, diantaranya:
1.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin
adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan,
mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua
bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
2.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin
pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah
orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari
berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
3.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik
adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka
tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
4.
Menurut Davis and Filley, Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
5.
Sedangakn
menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya.
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat
hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta
dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun
dalam kelompok kecil.Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang
teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi
disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik.Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan
social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak
untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.
Dalam kenyataannya para pemimpin dapat
mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kwalitas kehidupan kerja dan
terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan
paranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk
mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan yang membuat seorang
pemimpinan effektif? Apa Hampir semua orang, bila diajukan pertanyaan itu akan
menjawab bahwa pemimpin yang effektif mempunyai sifat atau kualitas tertentu
yang diinginkan.
Kemampuan den keterampilan kepemimpinan dalam
pengarahan adalah faktor penting effektifitas manajer. Bila organisasi dapat
mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan,
kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila
organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan
efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.
Dalam praktek sehari-hari, seorang diartikan
sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal macam pengertian tersebut
berbeda. Pemimpin kedua adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang
kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain,
dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut
akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan
secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini kebanyakan para ahli beranggapan
bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya dalam tingkat
tertentu.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan
dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu
terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang
melembaga.Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari
bawahannya tersebut melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya
dengan kebutuhan organisasi dan masyarakat secara keseluruhan.
Seorang pemimpin mempunyai baik keterampilan
manajemen (managerial skill) maupun keterampilan tekhnis (technical skill).
Semakin rendah kedudukan seorang tekhnis pemimpin dalam organisasi maka
keterampilan lebih menonjol dibandingkan dengan keterampilan manajemen. Hal ini
disebabkan karena aktivitas yang bersifat operasional. Bertambah tinggi
kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin menonjol keterampilan
manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas bersifat konsepsional.
Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam
organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara
konsepsional strategis dan makro. Di samping itu perlu dikemukakan bahwa
semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist,
sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi
spesialist.
Beberapa teori telah dikemukakan para ahli
manajemen mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan
teori yang lainnya. Di antara berbagai teori mengenai lahirnya paling pemimpin
ada tiga di antaranya yang paling menonjol yaitu sebagai berikut:
1. Teori Genetie
Inti dari teori initersimpul dalam mengadakan “ledersare born and not made”. Bahwa penganut teori ini mengatakan nahwa seorang
pemimpin akan ada karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam
keadaan bagaimanapun seseorang ditempatkan pada suatu waktu akanmenjadi
pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia
menjadi seorang pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika teori genetie mengatakan bahwa “ledersare born and not made”. Maka para penganut teori social mengatakan hal
sebaliknya yaitu : “leaders are
made and not born” penganut-penganut
teori ini berpendapat bahwa setiap orang aka menjadi pemimpin jika diberikan
pendidikan dan kesempatan itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua
teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa
seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya
telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan
melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya
untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial
dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh
yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik. Pada umumnya para pemimpin dalam setiap
organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai
berikut:
1. Tipe pemimpin otokratis
2. Tipe pemimpin militoristis
3. Tipe pemimpin paternalistis
4. Tipe pemimpin karismatis
5. Tipe pomimpin demokratis
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar
artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah
dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas
organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori
dan gaya kepemimpinan (Weirich dan Koonts,1993)
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori
kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
a. Teori
Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali
di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya,
teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat–sifat itu
antara lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian (Sondang P Siagian
1994:75-76).
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang
mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata–rata dari pengikutnya
akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai
emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan
goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki
motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang
kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan
sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
b. Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin
yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat
instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan
hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang
baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula (JAF. Stoner, 1978:442-443)
c. Teori Kewibawaan
Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi
perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang
tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
d. Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang
pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan
dan tingkat kedewasaan bawahan.
e. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai,
harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas,
dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya
kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan
sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya
kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan
dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti
dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua
gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau
dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil
penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai
dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya
bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan
mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan
berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler
telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas, yakni model kepemimpinan kontigennis. model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling
sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini
fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota
( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi
pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan
atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan
kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga
menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan
situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut
dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan
Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalam situasi yang
tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya
sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Sesungguhnya kita tidak mennyadari bahwa hakikat pemimpin itu
pelayan,melayani yang dipimpin,bukan maunya minta dilayani? Seorang pemimpin
adalah melindungi bukan malah memusuhi dan memrangi siapa yang ada di
bawahanya. Begitu juga yang sangat diharapkan kepada aktivis-aktivis muda
Muhahammadiyah yang berada di bawah bendera IMM,kita harus lebih bisa
menuangkan dan belajar bersama masyarakat tidak hanya menjadi pendamping atau
pemimpin yang sibuk dengan urusan intera kita sementara rakyat menjerit menanti
aksi kita (M. Alfan Alfian,2010)
Kader IMM harus tetap menjadi aktivis bukan malah menjadi pasivis dan
semoga kita bisa menjadi kader IMM yang di perlakukan sebagai nara sumber yang
di butuhkan masyarakat bukan malah menjadinarapidan yang malah di jauhi oleh
masyrakat, kader IMM tetap menjaga martabatnya dari kepentingan di luar
Muhammadiyah. Dan tidak hanya berkutat pada pembahasan ideologi yang tiada
habisnya, ideologi adalah sebuah abstraksi, memproduksi kekuasaan. Bukan hanya
karena menggagas upaya merebut kekuasaan dan merengkuhnya,melainkan juga karena
ideologi juga selalu menganut rasionalitas yang memiliki target dan tujuan
kepentingan sumber: http://www.bungsucikal.com